PPKM Darurat, Usaha Perkebunan Besar di Jawa Barat dan Banten Tetap Normal

- 3 Juli 2021, 11:29 WIB
 Perkebunan Karet di Jawa Barat
Perkebunan Karet di Jawa Barat /DeskJabar/Kodar Solihat

DESKJABAR – Usaha sub sektor perkebunan besar di Jawa Barat dan Banten diyakini tetap berjalan normal, walau pun Pulau Jawa dan Pulau Bali memasuki masa PPKM Darurat Covid-19 pada 3-20 Juli 2021.

Pengurus Gabungan Pengusaha Perkebunan (GPP) Jawa Barat dan Banten, Irwan G Subrata, kepada DeskJabar, Sabtu, 3 Juli 2021 mengatakan, bahwa ini lebih disebabkan faktor lebih dekatnya tempat tinggal para pekerja lapangan.

“Sepertinya masih dapat bekerja. Apalagi mereka sudah biasa berjalanan kaki,” ujarnya.

Usaha unit-unit perkebunan besar di Jawa Barat dan Banten diketahui jumlahnya masih cukup banyak, dan merupakan salah satu kultur usaha masyarakat setempat.

Baca Juga: Rachmawati Soekarnoputri, Inilah Sosok yang Selama ini Dikenal

Unit-unit perkebunan besar d Jawa Barat dominan mengusahakan tanaman teh, karet, dan kelapa sawit.

Apalagi diketahui, harga karet dan kelapa sawit kini sedang membaik kembali.

Khusus karet, diketahui, kondisinya baru membaik kembali setelah sekian lama mengalamu lesu berkepanjangan. Sebab, harga karet alam sebelumnya sempat mengalami rendah selama bertahun-tahun.

Bahkan, pembelian karet dari Jawa Barat diketahui kini sedang kembali meningkat. Para pembeli kebanyakan dari Pulau Sumatera.

Baca Juga: PPKM Darurat Hari Pertama di Jakarta, Polisi Halau Pesepeda dan Warga yang Olahraga Lari

Di Kalbar

Sementara itu di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, harga komoditas karet di tingkat petani saat ini, stabil sebesar Rp12.500/kg.

"Bersyukur, harga karet terus stabil dan harga ini tentu memberikan harapan yang baik bagi petani. Harga karet kepingan Rp12.500/kg," ujar petani karet Santi, saat dihubungi Antara, di Sambas, Kalbar, Jumat, 2 Juli 2021.

Petani karet di Desa Sendoyan tersebut menilai dengan kondisi harga yang stabil memberikan semangat bagi petani untuk terus menyadap karet.

Ia berharap harga saat ini terus membaik, sehingga daya beli dan kesejahteraan petani semakin baik pula.

Baca Juga: PPKM Darurat, Beranikah Pemerintah Menutup Masuknya Orang-orang Asing ?

Sedangkan untuk harga karet petani di Kabupaten Sintang seperti di Desa Merpak sebesar Rp9.000/kg. Petani karet Merpak, Jamari mengatakan harga karet saat ini terbilang tinggi dan harapannya terus naik lagi.

Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Kalbar Jusdar mengatakan perekonomian negara konsumen karet alam seperti China dan AS mulai membaik, sehingga berdampak pada kenaikan harga.

"Dengan baiknya ekonomi negara tujuan ekspor, mendorong permintaan karet alam meningkat dan harga terdongkrak," jelas dia.

 Baca Juga: Rachmawati Soekarnoputri Meninggal Karena Covid-19, Sandiaga Uno: Semangat Juangnya Tak Ada Lelahnya

Ia menjelaskan harga pembelian di pabrik masih tinggi juga karena kekurangan bokar dan untuk menutup kontrak, terpaksa ada pabrik harus beli bokar dengan harga tinggi.

"Masalah utama pabrik karet di Kalbar adalah kurangnya pasokan bokar dari kebun karet di Kalbar, sehingga ada pabrik yang harus membeli bokar dari provinsi lain seperti Kalteng, Kalsel, dan provinsi lain di Sumatera, bahkan ada yang mengimpornya dari luar negeri," kata dia. ***

 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah