Petani di Pangandaran Mengeluh, Ini Penyebabnya

- 9 Maret 2021, 15:44 WIB
Petani saat memanen padi di pesawahan Desa Cikalong Kecamatan Sidamulih Pangandaran, Selasa, 9 Maret 2021.
Petani saat memanen padi di pesawahan Desa Cikalong Kecamatan Sidamulih Pangandaran, Selasa, 9 Maret 2021. /Muslih Suprianto/DeskJabar/
 
 
 
 
DESK JABAR - Para petani di wilayah Kabupaten Pangandaran yang sawahnya tidak mengalami kebanjiran, sudah mulai memanen padi. Seperti yang sedang dilakukan oleh petani di Desa Cikalong Kecamatan Sidamulih mereka rata-rata sedang memanen padi di sawah, Selasa, 9 Maret 2021.
 
Tetapi musim panen yang sekarang, masih banyak petani yang mengeluhkan terkait harga gabah kering. Pasalnya untuk penjualan gabah kering benar-benar menurun drastis.
 
Untuk harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani saat ini memang sedang turun drastis yang disebabkan dengan minimnya permintaan pedagang luar daerah. Sementara hasil panen padi musim tanam pada tahun ini melimpah.
 
 
Petani asal Desa Cikalong Yuyum (48) mengatakan pada musim panen saat sekarang ini, sangat melimpah dan sangat memuaskan karena untuk lokasi pesawahannya bebas dari banjir disaat ditempat lain banyak pesawahan yang terendam.
 
"Alhamdulilah panenan sekarang sangat memuaskan," katanya saat ditemui DeskJabar di lokasi sawah.
 
Tetapi sangat disayangkan pada panenan sekarang ini, harga gabah atau GKP untuk harga normal, semula ditampung oleh para pedagang mencapai Rp5.000,- per kilogram. Namun saat ini turun sebesar Rp1.300,- per kilogram sehingga menjadi Rp3.700,- per kilogram.
 
“Hanya saja memasuki puncak panen raya harga gabah kering panen turun drastis sekitar Rp1.300,- per kilogram dalam dua pekan terakhir ini,” tutur Yuyum.
 
 
Dirinya menilai dengan turunnya harga gabah saat memasuki puncak panen raya padi pada 2021 di daerahnya karena disebabkan minimnya permintaan gabah di tengah pandemi Covid-19.
 
“Walaupun harga murah, terpaksa kami jual terus untuk keperluan menutupi biaya produksi," ungkapnya.
 
Menurut Yuyum, gabah yang baru dipanen itu masih basah tidak bisa disimpan dan harus dikeringkan lagi. Dalam proses menjemur gabah biasanya dilakukan petani di secara manual di atas tikar dan terpal dan proses pengeringannya membutuhkan waktu sekitar 3 hari untuk satu ton gabah.
 
"Kalau cuaca sedang bagus tidak mendung, padi yang baru dijemur bisa cepat kering," tuturnya.
 
 
Seperti yang dikutip dari siaran pers Humas Perum Bulog pada 22 Februari 2021 lalu Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto dalam keterangannya mengatakan ada dua grand master plan kegiatan supply chain dan pelayanan publik Bulog yaitu menjaga stock beras Cadangan Pemerintah, penyediaan stok sesuai kebutuhan penjualan, kualitas standar dan harga kompetitif serta sinergi dengan mitra kerja untuk meningkatkan jaminan pasokan dan efisiensi biaya persediaan.
 
“Tahun ini Perum Bulog akan lebih selektif dalam melakukan penyerapan gabah beras dan memaksimalkan kegiatan jemput bola ke petani guna mendapatkan stok sesuai yang dibutuhkan untuk kegiatan penjualan ataupun penyaluran lainnya, dengan tambahan serapan dari Meulaboh-Aceh hari ini sebanyak 500 ton maka total serapan beras Bulog dari Petani tahun 2021 per hari ini sudah sebanyak 30 ribu ton”, kata Suyamto.
 
 
Selain itu Bulog juga akan memaksimalkan strategi pengadaan dalam negeri saat puncak panen raya pada bulan Maret - April sebagai upaya memperoleh jaminan pasokan beras PSO dan menjaga stok beras CBP/PSO sesuai penugasan yang diberikan. 
 
Selanjutnya Bulog juga melakukan pengadaan GKG dengan Sistem Kontrak / Perjanjian Terikat dengan Mitra Kerja Pengadaan (MKP).
 
“Sampai saat ini stok yang dikuasai Bulog hampir mencapai 1 juta ton, dan harapannya saat panen raya nanti Bulog akan dapat menyerap secara maksimal gabah beras dari petani guna menjaga stabilisasi harga di tingkat petani dan mencukupi kebutuhan stok sesuai penugasan dan kebutuhan penyaluran," kata Suyamto.***

Editor: Ferry Indra Permana


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah