DESKJABAR – Para penjual tempe dan tahu di Jawa Barat mulai kembali berjualan pada Senin, 4 Januari 2021 ini. Namun, harga naik menjadi 20-30 persen, sebagai pengaruh kenaikan harga kedelai.
Ketua Puskopti (Pusat Koperasi Tempe Indonesia) Jawa Barat, Asep Nurdin, kepada DeskJabar, di Bandung, Senin, 4 Januari 2021, mengatakan, penjualan tempe dan tahu sudah kembali normal pada Senin ini.
“Dinten ieu normal, pangaos tempe tahu naek 20 - 30 %, margi pangaos kedele teras naek. (Hari ini sudah normal, tapi tempe dan tahu harga naik 20-30 persen, karena harga kedelainya terus naik),” ujarnya.
Baca Juga: Kemelut Harga Kedelai, Apa Kabar Produksi Lokal ?
Berdasarkan catatan DeskJabar, diketahui, kondisi penghentian sementara penjualan tempe dan tahu sudah sering terjadi jika harga kedelai naik.
Yang terjadi, para penjual tempe dan tahu kemudian terpaksa menaikan harga, atau memperkecil ukurannya agar menjual dengan harga tetap. Namun setelah situasinya reda dan harga kedelai turun lagi, maka harga dan ukuran tempe dan tahu kembali normal.
Menurut Asep, sebenarnya kedelai lokal lebih disukai oleh para perajin tahu dan tempe, dibandingkan kedelai impor.
“Hanya saja, kedelai lokal pasokannya sedang minim. Mengapa petani kurang suka membudidayakan kedelai, karena mereka lebih suka mengusahakan padi dan jagung karena nilai ekonominya lebih bagus,” ujarnya.
Baca Juga: Aksi Mogok Jual Tahu dan Tempe di Jawa Barat Berakhir Hari Minggu