DESKJABAR – Usaha budidaya kedelai di Indonesia harus menjadi daya tarik bagi para petani, agar mampu mendorong peningkatan kemampuan produksi kedelai lokal.
Produksi lokal kedelai yang belum begitu terdongkrak, menjadi salah satu penyebab utama selalu terulangnya kemelut harga kedelai.
Kejadian mogoknya para penjual tahu dan tempe untuk kesekian kali akibat persoalan harga kedelai, menjadi kondisi berulang selama beberapa tahun terakhir.
Apalagi, kebutuhan kedelai Indonesia diketahui mayoritas mengandalkan impor. Ini sangat berkaitan jumlah pasokan dan harga, yang selama ini menjadi persoalan utama urusan kedelai di Indonesia.
Baca Juga: Penjualan Tahu dan Tempe Dihentikan Sementara Sampai Hari Minggu
Wakil Ketua III Asosiasi Pedagang Komoditas Agro (APKA) Jawa Barat, Bambang Satrijadi, kepada DeskJabar, di Bandung, Minggu, 3 Januari 2021, mengkritisi masih selalu terulangnya persoalan harga kedelai di Indonesia yang kini kembali terjadi.
“Sepertinya banyak faktor, antara belum ketemunya antara produksi lokal, serta kondisi produksi dan harga kedelai dunia, maupun politis perdagangannya. Ini tampaknya yang selalu menjadi persoalan utama, sehingga kemelut harga kedelai di Indonesia masih selalu menjadi ‘rutin’ terjadi,” ujarnya.