Pola Kemitraan Menjadi Andalan Kebangkitan Bisnis Agro Jawa Barat

- 18 Desember 2020, 18:55 WIB
/Kodar Solihat/Dok APKA Jawa Barat
 
DESKJABAR - Bisnis produk-produk agro asal Jawa Barat mulai kembali banyak memperoleh pesanan ekspor pada masa pandemi Covid-19 ini. Sebab, banyak negara memerlukan banyak produk-produk agro asal Jawa Barat.
 
Wakil Ketua 3 Asosiasi Pedagang Komoditas Agro (APKA) Jawa Barat, Bambang Satrijadi, kepada DeskJabar, di Bandung, Jumat, 18 Desember 2020, menyebutkan, fenomena ini memunculkan prospek banyak melahirkan produsen-produsen agro.
 
"Sebab, kepastian pangsa pasar jelas ada. Apalagi, pasar ekspor ke beberapa negara misalnya Singapura, sudah mulai berjalan kembali serta dengan pasar-pasar modern juga sudah ada kerjasama dalam suplainya," ujarnya.
 
Bambang Satrijadi juga memperkirakan, bahwa kebutuhan pangan produk-produk agro juga akan meningkat sejak awal 2021. Ini karena aktivitas masyarakat diperkirakan kembali meningkat, walau belum jelas kapan pandemi Covid-19 berakhir.  
 
Dalam obrolannya pula, Bambang Satrijadi mengatakan, bahwa pola kemitraan dalam bisnis agro kini menjadi pola andalan. Ini sebagai sinkronisasi antara kebutuhan pasar, dengan kepastian pasokan yang menyesuaikan.

Menurut Bambang Satrijadi, bahwa pola kemitraan adalah salah satu bentuk bisnis agro pola modern. Di Jawa Barat, pola-pola seperti ini menjadi kekuatan, karena akan pula memunculkan kepastian harga, kualitas, jumlah, spesifikasi, dll.

Pada sisi lain, pola kemitraan bisnis agro juga sebenarnya berpeluang juga membuka jaringan bisnis dengan masyarakat dalam pemanfaatan pekarangan. Tentunya, pola penjualannya adalah secara terkoordinir, dimana masyarakat pembudidaya diberi arahan produk yang dibutuhkan, berikut kualitas, dan spesifikasinya.

Ia pun mengatakan, bahwa bisnis agro di Jawa Barat memang mengalami kebangkitan, sehingga banyak memunculkan peluang usaha. Salah satu penggeraknya, adalah segmen pasar yang membesar dari dalam negeri, disamping mulai terbukanya akses pasar ekspor secara meluas yang membutuhkan kemitraan dalam pasokan dan pemasaran. 

Baca Juga: Pasarnya Menggiurkan, Bisnis Komoditas Agro Kini Menjadi Booming

Baca Juga: Banyak Artis Kini Terjuni Bisnis Komoditas Agro

Tersinergi

Sementara itu, Kepala Badan  Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi dalam keterangan yang diterima DeskJabar, menyebutkan,  bahwa perkembangan bisnis agro kini mengarah tersinergi kepada pola pertanian modern, olahan pangan, distribusi, serta pemasarannya.  

 Ia mencontohkan, ada sebuah produktivitas smart green house bisa memenuhi kebutuhan pangan setiap hari, khususnya pada subsektor hortikukultura. Misalnya, kata dia, kebutuhan 100 kilogram tomat bisa dipanen kapan saja sesuai permintaan konsumen.

"Contoh, misalnya tomat setiap hari perlu 100 kilogram. Nah disini antara kebutuhan dengan produktivitas bisa kita sesuaikan, sesuai kemauan kita sendiri. Kita bahkan bisa panen setiap hari," katanya.
 
Meski demikian, konsep penerapan smart green house masih terbatas di kalangan pengusaha. Modal yang lumayan besar membuat petani kecil harus bergotong royong masuk pada korporasi lebih dulu. Tetapi, akses menuju ke sana (koorporasi) sudah disediakan pemerintah baik melalui program KUR maupun program lainya.
 
"Memang saya kira investasi ini yang paling memungkinkan adalah kalangan pengusaha-pengusaha karena modal yang cukup besar. Tetapi bukan berarti petani kecil tidak bisa masuk. Mereka bisa asalkan ikut korporasi secara berjamaah," katanya. ***
 
 
 
 
 
 

  

  

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah