Network
DESKJABAR - “Little Ancestor”, merpati balap berusia 7 bulan, menjadi juara dalam perlombaan Asosiasi Merpati Balap Tiongkok baru-baru ini, mengalahkan lebih dari 4.800 pesaing dan menyelesaikan perjalanan lebih dari 1.000 km dari Langfang, dekat ibu kota Tiongkok, Beijing, ke Shanghai di catatan waktu 16 jam, 24 menit dan 54 detik.
Hadiah uang 5.000 yuan ($ 760), bagaimanapun, tidak ada artinya dibandingkan dengan 200.000 yuan ($ 30.600) yang dihabiskan Yu untuk 500 merpati setiap tahun.
Di Cina, di mana pacuan merpati memiliki sejarah panjang, perkembangan ekonomi telah memungkinkan olahraga ini menyebar ke orang-orang yang sangat kaya. Keanggotaan Asosiasi Merpati Cina telah melonjak dari puluhan ribu pada 1980-an menjadi sekitar 400.000, menurut wakil presidennya, Huang Jian.
Baca Juga: Joe Biden dan Kamala Harris Dinobatkan Sebagai Person of the Year 2020 Majalah Time
Baca Juga: Keunggulan Snapdragon 888 yang Resmi Akan di Luncurkan Qualcomm tahun 2021
Sebagai perbandingan, Belgia, pusat olah raga tradisional, memiliki sekitar 20.000 peternak merpati.
Konon, sebagian besar jumlah besar yang masuk ke olahraga ini berasal dari penggemar papan atas yang berkantung tebal, yang ingin mendapatkan garis darah yang didambakan.
Pada November tahun ini, seorang kolektor Tiongkok menjadi berita utama ketika dia membayar 1,6 juta euro (Rp 26 Triliun) untuk seekor merpati balap di sebuah lelang di Belgia - yang terbaru dari serangkaian tawaran menarik dari peternak Tiongkok yang telah menaikkan harga.
Beberapa peternak Cina juga bersedia menawar unggas mereka sendiri di lelang untuk meningkatkan nilai pasar mereka.
