Setelah Vakum 2 Tahun Akibat Pandemi Covid-19, Sektor Logitsik Indonesia Menggeliat dengan Digitalisasi Logee

1 November 2022, 13:41 WIB
Setelah vakum 2 tahun akibat Pandemi Covid-19, sektor logistik Indonesia bergeliat /

DESKJABAR - Setelah babak belur didera pandemi Covid-19, industri logistik Indonesia terus berdenyut. Setelah vakum di awal 2020 karena pembatasan mobilitas, September 2020 mulai terasa nadinya, sebagaimana data dari Badan Pusat Statistik (BPS).

BPS mencatat nilai ekspor yang disokong sektor logistik per September 2020 US$14,01 miliar atau naik 6,97 persen dibandingkan Agustus 2020, dengan nilai ekspor tertinggi dari industri pengolahan sebesar US$11,56 miliar.

Sebelumnya, periode Maret-Agustus 2020, penurunan mencapai 80%. 

Baca Juga: Tunjangan Profesi Guru Tahap 4 Cair Bulan November ini, Segera Siapkan Syaratnya

Selepas September, pergerakan makin massif lagi terutama setelah work from home (WFH) menyeruak di mana-mana. Sebagaimana dilansir Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) di berbagai media, arus pengiriman barang lantas mengalami pertumbuhan 40% kala itu.

Geliat sektor logistik ini harus bisa memanfatakan kemajuan digitalisasi yang dinilai akan semakin mempermudah kinerja sektor logistik.

Ketua Umum ALI Mahendra Rianto dalam sebuah kesempatan mengatakan, kenaikan banyak disumbang oleh industri farmasi, alat Kesehatan, dan barang-barang konsumsi (consumer goods). Khususnya dari jenis ekspedisi dari ritel/toko langsung ke konsumen.

Kenaikan disebabkan banyaknya gerai-gerai farmasi yang memasarkan produknya melalui e-commerce atau platform berjualan online lainnya. Sehingga begitu konsumen memesan, barang bisa langsung dikirimkan, misalnya melalui ojek online.

Seiring pandemi yang kian terkendali, maka industri logistik pada tahun 2022 ini, bisa makin moncer saja. Sebagaimana disampaikan Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) bahwa penguatan dan perluasan segmen pasar yang terjadi tahun ini, akan makin mendorong sektor logistik.

"Pertumbuhan 2022 nanti bisa dilihat pada dua sektor, pertama dari sisi market yang telah terintegrasi dengan digitalisasi, dan kedua adalah logistik yang sifatnya penting dan menjadi komoditas utama dalam mendongkrak penerimaan negara," tulis ALFI dalam rilis resminya.

Terkait integrasi digital, pelaku sektor logistik dituntut harus memahami berbagai perkembangan guna dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku usaha.  Perkembangan teknologi yang bisa dimanfaatkan diantaranya big data analytics, artificial intelligence, internet of things, cloud logistics, serta robotics& automation.

Baca Juga: Piala Dunia 2022 Qatar, Negara Negara Teluk Kecam Mendagri Jerman, Pemerintah Qatar Panggil Duta Besar

Salah satu pelaku logistik yang telah mendigitalisasikan layanan tersebut adalah Logee, dengan fitur andalannya yakni pasar loka (marketplace) untuk armada truk dengan merek Logee Trans.

Logee Trans

Logee Trans hadir sebagai platform antar perusahaaan (B2B) guna mempertemukan kebutuhan dan pasokan pemilik barang dan pemilik armada, dengan dua produk andalan eksisting: Logee Truck Apps dan Ecologee Web (Logee Port).

Dumoli HM Sirait, Head of Logee Trans Logee Trans, mengatakan, aplikasi Logee menyediakan fitur yang bisa diandalkan pemilik kargo dengan pemilik armada truk guna menginput dan menyimpan rute pengiriman rutin.

Aplikasi ini juga mampu mengestimasi waktu kiriman tiba, menjadwalkan pengiriman secara berkala, melacak muatan yang dikirim, metode pembayaran yang beragam, sampai pelaporan order kiriman (baik format excel maupun PDF).

“Sebagai platform yang dikembangkan anak bangsa, Logee Trans memiliki visi menjadi platform yang netral dan aman yang mengutamakan kepentingan para pemilik barang dan pemilik truk dalam ekosistem pengangkutan barang di Indonesia,” katanya dalam keterangan pers yang diterima DeskJabar, Senin 31 Oktober 2022.

Sebagai aplikasi, kata dia, Logee Trans menyasar perusahaan-perusahaan yang ingin dimudahkan dalam pengiriman barang, dan juga para pemilik armada yang menginginkan kemudahan mendapatkan order untuk meningkatkan produktivitas bisnis, efisiensi dan efektivitas.

Baca Juga: 3 Pengguna Chokeslam Terkuat Smackdown WWE, Jurus yang Disebut Coki Pardede Punya Rizky Billar

Logee Trans juga fokus pada model bisnis dan skema pembayaran yang saling menguntungkan, khususnya dalam industri 4.0 di segmen pengangkutan barang.

Kedua model bisnis ini diklaimnya memberikan fleksibilitas, baik kepada pemilik kargo dan pemilik truk, dalam melakukan transaksi. Logee juga mengklaim bisa memberikan kemudahan kepada pemilik kargo dan truk untuk melakukan pengiriman barang sehingga produktivitas akan meningkat.

Logee Port

Dumoli menambahkan, untuk Logee Port, adalah platform terintegrasi dengan Logee Truck dan sistem di Pelabuhan Peti Kemas (PPK) yang hadir dalam menjawab kebutuhan digitalisasi pengurusan kontainer di Pelabuhan hingga pemesanan armada yang lebih cepat.

Logee Port telah terintegrasi dengan beberapa terminal peti kemas di Tanjung Priok salah satunya KSO TPK Koja.

Baca Juga: PTPN VIII Tambah Kekuatan Produksi Pabrik Teh Kertamanah, Kabupaten Bandung, Genjot Bisnis Perkebunan

Karenanya, Logee Port bisa memberi kemudahan kepada PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) untuk pengurusan kontainer di Terminal Pelabuhan Peti Kemas terintegrasi hingga pencarian armada secara cepat, mudah, ringkas, dan transparan.

Logee Port juga telah terintegrasi dengan beberapa terminal peti kemas di Tanjung Priok, salah satunya New Priok Container Terminal One (NPCT1)1. NPCT1 adalah salah satu terminal Peti Kemas terbesar di Jakarta dengan kapasitas 1.5 juta TEUs yang berlokasi di Kali Baru, Cilincing, Jakarta Utara.

Selain itu, kata dia, layanan ini sudah disertai pengelolaan pengurusan impor dan ekspor secara digital di beberapa terminal peti kemas guna mendukung kemudahan layanan mandiri bagi para pelaku usaha PPJK tersebut. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Rilis

Tags

Terkini

Terpopuler