PT DI Bandung akan Produksi Mobil Terbang Beroperasi Tahun 2028, Sudah Diperkenalkan di Singapore Airshow 2024

28 Februari 2024, 06:30 WIB
Maket drone atau mobil terbang produksi PT DI Bandung dengan Vela, ditargetkan produksi massal tahun 2028. /Flight Global/

DESKJABAR – PT Dirgantara Indonesia atau PT DI Bandung akan memproduksi mobil terbang yang diberi nama Vela Alpha. Mobil terbang ini merupakan hasil kerjasama PT DI dengan PT Vela Prima Nusantara yang mengkhususnya pada produk pesawat  Advanced Air Mobility (AAM).

Maket mobil terbang priduksi PT DI Bandung dengan Vela tersebut sudah diperkenalkan ke publik pada ajang Singapore Airshow yang berlangsung 20-25 Februari 2024.

Baca Juga: BANDINGKAN Harga Beras dengan Skincare, Calon Kuat Pilgub Jabar 2024 ini Dirujak Netizen

Dalam keterangan tertulisnya, Asisten Manager Komunikasi Eksternal PT DI Bandung, Kerry Apriawan, memaparkan mobil terbang Vela Alpha sudah diperkenalkan ke publickpada Singapore Airshow 2024 yang ditempatkan  yang sama dengan Indonesian Aerospace di Changi Exhibition Center Hall B G51.

"Vela juga memiliki perjanjian kerja sama dengan satu-satunya perusahaan manufaktur pesawat milik negara di Asia Tenggara untuk menegaskan bahwa posisi dan ambisi Vela sangat serius dalam membangun ekosistem di dunia industri manufaktur penerbangan," ujar Kerry.

Menurut Kerry, mobil terbang Alpha adalah produk andalan perusahaan, dan Vela menangani semua aspek desain, pengembangan, pengujian, sertifikasi, manufaktur, dan MRO.

"Vela merupakan startup yang didirikan pada pertengahan tahun 2020 dengan tujuan merancang, mengembangkan, dan memproduksi Advanced Air Mobility (AAM)," kata Kerry.

Pesawat ini diperkirakan akan mulai beroperasi secara komersial pada akhir tahun 2028, telah dirancang untuk menampung seorang pilot dan empat penumpang tetapi dapat dikonfigurasi hingga enam penumpang, dan mampu menjalankan beberapa misi penerbangan dengan sekali pengisian daya.

Pesawat AAM Vela akan menampilkan dua pilihan tenaga yakni VTOL listrik penuh dan VTOL hibrida, keduanya akan didasarkan pada desain badan pesawat yang sama.

Baca Juga: GAGAL Jadi Anggota DPRD Kota Bekasi, Pelawak Dede Sunandar Jualan Es Teh Pak Dewan, Ini Kata Artis Wika Salim

Pesawat tersebut rencananya akan disertifikasi oleh Federal Aviation Administration (FAA) dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (DGCA), dengan target memasuki layanan (EIS) menjelang akhir tahun 2028.

"Pekerjaan rekayasa yang diperlukan untuk mengembangkan pesawat ini terutama dilakukan di Bandung, Indonesia, sementara manajemen mengawasi dari Jakarta, Indonesia," ungkap Kerry.

Drone yang juga disebut sebagai mobil terbang tersebut menawarkan harga yang kompetitif dibandingkan harga sebuah helikopter.

Kerry mengungkapkan Alpha dibanderol harga di kisaran antara  1,5 – 2 juta dolar AS. Dibandingkan helikopter ringan di kelas yang sama, Alpha menghadirkan biaya operasional yang lebih rendah, memberikan solusi yang efisien dan hemat biaya.

Adapun desain mobil terbang ini dimana konfigurasi desain lift-and-cruise Vela adalah desain sederhana, aman, dan terbukti yang menawarkan alternatif lebih baik dibandingkan desain tilt-rotor, yang memiliki kompleksitas dan risiko keselamatan lebih tinggi.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Rilis

Tags

Terkini

Terpopuler