Baca Juga: Jelang Ramadhan 1444H, 'Haji Geyot' Ikon Alun alun Ciamis Sudah Hadir Menyapa Warga
Kondisi ini sangat kontras dibandingkan dengan tahun-tahun 1970 an hingga 1980 an dimana para penjual gulali ini bisa dengan mudah kita jumpai di sekitar kita.
Dalam sehari, Rohman membeli satu kilogram gula pasir dengan pewarna makanan yang aman dikonsumsi.
Gulali dibentuk berbagai macam binatang dan bentuk lainnya sehingga bisa menghasilkan sekitar 25 sampai 30 gulali yang telah dibentuk.
Baca Juga: Polisi Sita 7.113 Ballpress Pakaian Bekas Impor dari Gudang di Jakarta dan Bekasi
Pedagang gulali yang dalam hari tertentu bisa ditemui di depan Rumah Makan Saung Panyawah, Jalan raya Ciawi – Cisayong ini menjual gulalinya seharga lima ribu rupiah.
Pada akhir pekan jika banyak pengunjung membawa anak-anak, dagangannya bisa habis sebelum sore, namun tak jarang juga dia hanya membawa beberapa lembar rupiah untuk dibawa ke rumahnya di kampung Cihaurbeuti Ciamis. Jika lagi sepi, terkadang Rohman pun pulang dengan tangan hampa.
Rohman bukan tidak tahu jika saat ini banyak dijual gulali atau kembang gula yang bentuknya lebih modern dengan harga yang jauh lebih mahal.
Namun pedagang gulali yang kadang menumpang kendaraan umum dari rumahnya ke tempat jualan ini sangat percaya bahwa rejeki itu sudah ada yang mengaturnya.
Rohman percaya selama dia berusaha, akan selalu ada rejeki yang diberikan Allah SWT buat hambaNya yang mencari. ***