DESKJABAR - Apriyani Rahayu yang kini berusia 23 tahun, merupakan anak kelahiran Desa Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara pada 29 April 1998 lalu. Kegemaran Apriyani terhadap bulu tangkis sudah terlihat sejak kecil dan kegigihannya, telah membawanya meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020.
Apriyani bersama pasangannya Greysia Polii sukses meraih medali emas di cabang bulu tangkis ganda putri Olimpiade Tokyo 2020, setelah di final menyingkirkan ganda putri China Chen Qing Chen dan Jia Yi Fan pada Senin, dengan angka 21-19, 21-15.
Lahir dari keluarga sederhana pasangan Ameruddin Pora yang merupakan pegawai di UPTD Dinas Pertanian Konawe dan Siti Jauhar (almarhumah) sebagai ibu rumah tangga, Apriyani si bungsu dari empat bersaudara dan menjadi satu-satu perempuan.
Baca Juga: Apriyani Rahayu, Biodata dan Agama, Berkah dari Allah Meraih Medali Emas di Olimpiade Tokyo 2020
Jika sekarang masyarakat hanya melihat keberhasilan Apriyani meraih medali emas bulu tangkis Olimpiade Tokyo 2020. Namun dibalik kesuksesan itu, terselip perjuangan keras dari Apriyani kecil yang sudah menggemari bulu tangkis sejak usia 3 tahun.
Ayah Apriyani, Ameruddin Pora bisa menjadi saksi hidup bagaimana perjuangan putri bungsunya tersehut dari titik nol, hingga bisa menjadi pemain profesional dan berkelas dunia dan berprestasi tinggi.
Baca Juga: Apriyani Rahayu, Sepenggal Doa Pada Setiap Sujud dari Sholat Orang Tua Menjadi Sebuah Kekuatan
Amiruddin menuturkan, sejak anaknya menyukai bulu tangkis, bahkan sebelum ia masuk sekolah dasar, Ameruddin mengarahkan anaknya agar terus berlatih bulu tangkis. Apriyani mulai latihan di Gedung Sarana Kegiatan Bersama (SKB) Unaaha, Kabupaten Konawe, yang berjarak 9 kilometer dari rumahnya.
Pada 2005, Apriyani mulai ikut turnamen bulu tangkis tingkat kecamatan, setahun kemudian ikut ajang bulu tangkis junior tingkat Kabupaten Konawe.
Baca Juga: Apriyani Rahayu Jago Bermain Badminton, Merupakan Warisan Bakat dari Almarhumah Ibunya
Saat duduk di kelas enam SD, prestasinya semakin cemerlang. Apriyani lalu ikut Pekan Olahraga Daerah (Porda) Sultra di kota Raha, kabupaten Muna pada 2007 dan meraih juara II.
Hasil kerja kerasnya pun tidak sia-sia. Di beberapa pertandingan tingkat provinsi, untuk kelas junior ia selalu gemilang.
Ameruddin menuturkan, ibu Apriyani adalah orang yang paling mendukung impian anaknya. Sang ibu bahkan selalu mendampingi anaknya bertanding, apalagi saat masih di level junior.