Pakar Unand: Prediksi Gempa Magnitudo 8,9 di Sumbar Bukan Hal Baru, Sejak 2005 Sudah Diingatkan

- 18 November 2020, 07:52 WIB
Ilustrasi gempa.
Ilustrasi gempa. /PIXABAY/Tumisu/


DESKJABAR
- Pakar gempa Universitas Andalas (Unand) Padang Dr Badrul Mustafa menyampaikan, prediksi sejumlah ahli soal potensi gempa bermagnitudo 8,9 di Sumatera Barat bukan berita baru dan sudah lama diperkirakan, namun tidak dapat dipastikan kapan terjadi.

"Itu berita lama, sejak 2011 sudah mulai diingatkan lagi, bahkan sejak 2005 sebetulnya. Akibat tumbukan Lempeng Indo-Australia terhadap Eurasia, di wilayah Indonesia terakumulasi energi yang berpotensi menimbulkan gempa mikro, kecil, sedang sampai kuat dan sangat kuat," kata Badrul di Padang, Selasa 17 November 2020.

Menurutnya, potensi ini berasal dari megathrust, yang di Sumbar bersumber dari dua segmen, yakni segmen Siberut dan Sipora-Pagai. Kedua segmen ini memiliki periode ulang gempa besar setiap 200 tahun.

Baca Juga: UEFA Nations League, Portugal Gagal ke Semifinal Meski Menang Atas Kroasia

Akan tetapi, ia melihat tetap saja sebagian orang merasa baru dan menakutkan dan gempa yang terjadi di Padang pada Selasa pagi, tepat dengan yang disampaikan oleh BPBD Sumbar untuk mengingatkan masyarakat agar tetap waspada.

"Kuncinya tetap meningkatkan kesiapsiagaan diri dan keluarga untuk menghadapinya, agar risiko dapat diminimalkan," kata dia.

Ia menjelaskan di jalur Megathrust Mentawai, potensi gempa besar di segmen Sipora-Pagai sudah keluar dan sudah terjadi periode ulangnya.

Baca Juga: Peta Zonasi Risiko Covid-19 , Tiga Daerah Di Jawa Barat Masuk Zona Merah

Tahun 1833 di segmen ini terjadi gempa sangat kuat bermagnitudo 8,9 yg diikuti oleh tsunami. Tapi pada periode ulang yg kemarin potensi gempa kuat ini dicicil menjadi empat kali gempa kuat, yakni 12 September 2007 dengan kekuatan 8,4, 13 September 2007 pukul 06.55 WIB dengan kekuatan 7,9.

"Kemudian masih 13 September 2007 pukul 11.00 WIB dengan kekuatan 7,2 dan alhamdulillah ketiga gempa kuat dan sangat kuat ini tidak menimbulkan tsunami karena episentrumnya tidak berada di tempat yang bisa menimbulkan tsunami," ujarnya

Ia menyebutkan, energi di segmen ini belum habis karena sisanya keluar 25 Oktober 2010 dengan kekuatan 7,4 berepisentrum di barat daya Pagai Selatan, dan menimbulkan tsunami.

Baca Juga: Kelar Penanganan Bencana Alam di Cianjur, Jalan Bisa Dilalui dan Pengungsi Sudah Pulang ke Rumahnya

"Maka, di segmen ini Insya Allah selesai periode ulangnya. Kalau pun terjadi beberapa kali gempa di segmen ini, tentunya kecil saja sebab energinya sudah habis dan gempa besar akan terulang lagi 200 tahun mendatang," kata dia.

Akan tetapi ia mengingatkan di Mentawai ada satu segmen lagi, yakni segmen Siberut, yang sejak gempa terakhir pada 1797 belum terjadi gempa besar sehingga perlu diwaspadai.

Ia memastikan potensi gempa di segmen Siberut ini dengan kekuatan di atas 8.5, tidak ada seorang pun yang bisa memprediksi kapan keluar bahkan pakar sekali pun.

Baca Juga: Sidang Korupsi RTH Babak Kedua Digelar Senin, Jaksa KPK Siapkan Saksi Termasuk Wali Kota Bandung

"Kita harus selalu waspada menghadapinya dan itu yang harus dilakukan sebagai konsekuensi tinggal di daerah rawan gempa," katanya.

Lalu, potensi gempa tersebut juga tidak bisa diprediksi bagaimana cara keluarnya, apakah seperti di segmen Sipora-Pagai yang dicicil menjadi empat gempa dengan satu gempa sangat kuat dan tiga gempa kuat.

"Kalau satu gempa utama tunggal, maka kekuatannya bisa di atas 8.5. Kalau empat, maka paling tinggi 8,4 atau 8,3. Kalau dipecah sepuluh, tentu lebih kecil dari itu. Kalau dipecah menjadi sejuta gempa tentu tidak ada yang merusak yang timbul. Hanya kecil-kecil saja dan Allah punya kuasa," katanya.

Baca Juga: K-Drama Romantis Run On, Simak Penampilan Memikat Shin Se Kyung Sebagai Penerjemah Film

Ia berpesan kita hanya bisa berikhtiar untuk mengurangi risiko dengan melakukan mitigasi ditambah doa.

Sebelumnya Selasa, 17 November 2020 pukul 08.44 WIB wilayah Kepulauan Mentawai Sumatera Barat diguncang gempa tektonik. Analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki parameter awal dengan magnitudo 6,3 yang kemudian dimutakhirkan menjadi 6,0.

Episenter gempa terletak pada koordinat 2,90 LS dan 99,07 BT , atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 112 kilometer arah Barat Daya Kota Tuapejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat pada kedalaman 13 kilometer. ***

Editor: Syamsul Bachri

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x