Presiden Jokowi Perintahkan Bawahannya Antisipasi Bencana Alam Longsor dan Banjir

- 14 Oktober 2020, 06:17 WIB
Presiden Jokowi di Istana Negara sebelum melakukan rapat terbatas
Presiden Jokowi di Istana Negara sebelum melakukan rapat terbatas //Jokowi

DESKJABAR – Presiden Jokowi memerintahkan kepada kepala daerah, kementrian dan instansi terkait lainnya untuk bersiap mengantisipasi dampak dari peningkatan curah hujan yang ekstrim di Indonesia akibat anomaly iklim.

Pernyataan itu disampaikan setelah presiden menerima laporan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Dalam laporannya menurut Jokowi, fenomena anomaly iklim La Nina diprediksi menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia sebesar 20 hingga 40 persen diatas normal.

“Ini perlu diwaspadai karena ini bukan kenaikan yang kecil, dan berdampak ke pertanian, perikanan dan perhubungan,” ujar Jokowi seperti ditulis dalam akun Instagram jokowi.

Baca Juga: SBY: Sekarang Saya Difitnah, Bapak (Jokowi) Suatu Saat Akan Seperti Saya Tidak Punya Power

Sementara itu BMKG Jabar juga telah memperingatkan mengenai peningkatan hujan lebat pada Selasa 14 Oktober 2020 di wilayah Jabar seperti Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota dan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. Hujan lebat itu disertai angin kencang dan petir.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal juga meminta para pemangku kepentingan diharapkan dapat lebih optimal melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir misalnya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih.

Baca Juga: Cristiano Ronaldo Positif Tertular Virus Corona, Akan Jalani Karantina Dua Pekan

Masyarakat diimbau agar terus memperbaharui perkembangan informasi dari BMKG dengan memanfaatkan kanal media sosial infoBMKG, atau langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Menurut Herizal, akhir September pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator menunjukkan bahwa anomali iklim La-Nina sedang berkembang. Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir dengan nilai anomali telah melewati angka -0.5°C, yang menjadi ambang batas kategori La Nina.

Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah -0.6°C pada bulan Agustus, dan -0.9°C pada bulan September 2020.

Baca Juga: TikTok atau Snack Video, Mana Yang Lebih Populer?

BMKG dan pusat layanan iklim lainnya seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), JMA (Jepang) memperkirakan La Nina dapat berkembang terus hingga mencapai intensitas La Nina Moderate pada akhir tahun 2020, diperkirakan akan mulai meluruh pada Januari-Februari dan berakhir di sekitar Maret-April 2021.

Catatan historis menunjukkan bahwa La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40% di atas normalnya. Namun demikian dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia.

Pada Bulan Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera. Selanjutnya pada Bulan Desember hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara dan Papua.

Baca Juga: Pelatih Persib Robert Rene Albert Akui Pemainnya Alami Penurunan Motivasi, Ini Penyebabnya

Pada Bulan Oktober ini beberapa zona musim di wilayah Indonesia diperkirakan akan memasuki Musim Hujan, di antaranya: Pesisir timur Aceh, sebagian Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Pulau Bangka, Lampung, Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa tengah, sebagian kecil Jawa Timur, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Utara, sebagian kecil Sulawesi, Maluku Utara dan sebagian kecil Nusa Tenggara Barat.

Peningkatan curah hujan seiring dengan awal musim hujan disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidro-meteorologis seperti banjir dan tanah longsor.***

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x