Membaca Buku 'Perjuanganmu Kuteruskan Sampai Akhir Zaman', Prof. Prasetio: Bagaikan Mengendarai Mesin Waktu

- 13 Agustus 2023, 05:59 WIB
buku berjudul "Perjuanganmu Kuteruskan Sampai Akhir Zaman", diluncurkan di Jakarta, Sabtu 12 Agustus 2023
buku berjudul "Perjuanganmu Kuteruskan Sampai Akhir Zaman", diluncurkan di Jakarta, Sabtu 12 Agustus 2023 /



DESKJABAR - Sebuah buku berjudul "Perjuanganmu Kuteruskan Sampai Akhir Zaman", diluncurkan di Jakarta, Sabtu 12 Agustus 2023, menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia. Buku itu merupakan catatan tentang Perjuangan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) dalam Perang Kemerdekaan I 1947.

Peluncuran buku tersebut merupakan diinisiasi oleh Pengurus Pusat Paguyuban Mas TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajara) dan Rayyana Publishing bekerja sama dengan keluarga besar (Alm) Roestono Soeparto Koesoemo yang merupakan salah satu pejuang TRIP.

Buku ini diadaptasi dari naskah asli  ditulis langsung pejuang TRIP (Alm) Roestono Soeparto Koesoemo dalam mendeskripsikan berbagai peristiwa monumental bagi garda terdepan pejuang kemerdekaan pada fase Perang kemerdekaan (1945-1949) yang dinarasikan dalam Bahasa Inggris berjudul - The Uneven Battle Along Mt. Salak Street, Malang, and the Surrounding Area Thursday, July 31, 1947; TRIP face-to-face with The Dutch Colonial Forces. Buku ini dirampungkan dalam kurun waktu 10 tahun, yakni dari 31 Juli 1992 - 31 Juli 2002.

Baca Juga: Ridwan Kamil Diusulkan Relawan Ganjar Jadi Cawapres: Positif Tak Akan Maju di Pilgub Jabar 2024?
 
Naskah tersebut yang kemudian dikembangkan dan menjadi sebuah karya sastra memoar perjalanan perjuangan kemerdekaan dari sudut pandang pejuang kemerdekaan yang terjun langsung sebagai bagian dari Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP).

Ketua Panitia sekaligus penggagas terbitnya buku ini, Prof. Dr. Prasetio mengatakan, membaca karya ini bagaikan mengendarai sebuah mesin waktu yang membawa pembaca bukan hanya ke era perjuangan penyusun buku ini dan rekan-rekan seperjuangan, namun juga bagaikan membawa pembaca kembali ke napak tilas perjuangan Tentara Republik Indonesia
Pelajar (TRIP), dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

“Filosofi dari diluncurkannya karya sastra ini adalah tentang sprit melanjutkan estafet perjuangan dimana beliau (Alm Bapak Roestono) ingin memastikan generasi pendahulu yang telah gugur, dan generasi masa depan yang kala itu bahkan belum dilahirkan, dapat bertemu tatap, berjabat tangan, dan saling serah-terima tongkat estafet makna dan manifestasi perjuangan,” tutur Pras, panggilan akrab Prof. Dr. Prasetio.

Menurut Pras yang saat ini menjabat sebagai Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Garuda Indonesia, buku ini mengabadikan sepak terjang perjalanan perjuangan pasukan TRIP, mulai dari Surabaya pada medio Oktober 1945, hingga peran TRIP dalam melindungi gerakan mundur pasukan Republik dari Surabaya menuju kantung-kantung perlawanan di kedalaman hutan belantara gunung dan lembah, hingga penyerahan kedaulatan pada 27 Desember 1949.

“Di buku ini secara detail diceritakan bagaimana pasukan ini berjalan kaki, melintasi ratusan kilometer jalan setapak di belantara hutan rimba yang penuh onak duri dan binatang berbisa. Berjalan di desa yang berlumpur dan kadang di aspal panas yang membara, seringkali tanpa alas kaki apalagi sepatu, dengan senjata tersandang setia di bahu. Dalam beberapa etape, perjalanan tersebut bahkan sambil harus menarik dan mendorong meriam penangkis serangan udara, seraya terus bergerak senyap sebagai kesatuan gerilya, menggempur, dan menghilang, menebar frustasi dan ketakutan di pihak pasukan penjajah!“ kata Pras mengutip salah satu episode di buku ini.

"Buku setebal 766 halaman yang digarap selama lima bulan ini memberikan kejutan dan
kebanggaan bagi sejumlah pihak, khususnya keluarga besar Paguyuban Mas TRIP," ungkap
Pras.

Hayono Isman, Wakil Ketua Pembina PP Paguyuban Mas TRIP yang juga Menteri Pemuda dan
Olahraga Republik Indonesia Kabinet Pembangunan VI, 1993-1998 dalam sambutan buku ini
menyebutkan karya ini merupakan sebuah bentuk ekspresi solidaritas yang mengharukan, dari seorang comrade in-arms yang pernah berjuang bersama-sama dengan (alm) ayahnya, Mas Isman dan segenap jajaran TRIP, dalam mengabadikan semangat pengabdian, solidaritas, dan darmabakti kepada nusa dan bangsa tercinta.

Baca Juga: Jadwal Sholat Majalengka Hari Ini Minggu 13 Agustus 2023, Ini Waktunya

“Memoar yang (Alm) Roestono susun ini sekaligus merupakan testamen dari sebuah episode
pengorbanan yang tulus dari para patriot remaja yang menolak tinggal diam tatkala bangsanya akan dijajah kembali,” tegasnya.

Melalui buku ini, tambah Hayono, diharapkan kita semua menjadi lebih bermawas diri bahwa kemewahan berupa kemerdekaan yang kita nikmati kini, tidak datang dengan cuma-cuma begitu saja. “Jangan sampai terlupakan, betapa dahulu, terdapat sebuah generasi emas,
terdiri dari para pelajar pejuang yang tidak sempat menggenggam dan asyik dengan smartphone, tetapi tabah berjuang dengan stengun dan karabin tersandang, menyabung
nyawa di garis depan, sembari terus belajar dengan tekun di bawah hujan mortir dan mitraliur yang mematikan. Demi bangsanya tetap merdeka!” tegasnya. Pesan ini pun disampaikan dalam sambutan di buku ini.

Sementara, Ketua Umum Pengurus Pusat Paguyuban Mas Trip yang juga Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia, Destry Damayanti mengatakan buku ini berperan penting dalam menjembatani estafet semangat perjuangan, dari Angkatan ‘45 ke generasi milenial di abad ke-21 ini. "Buku ini diharapkan menjadi media agar estafet semangat perjuangan dan rasa
cinta tanah air dapat terus berjalan berkesinambungan, menghubungkan dua generasi yang
berbeda zaman," tegasnya.

Destry lantas mengutip pernyataan Proklamator, Bung Karno, 'Beri aku 10 pemuda, maka akan
kuguncang dunia' yang ia yakini pada era masa lalu para pemuda berjuang mempertahankan
kemerdekaan, pemuda era abad 21 harus memberikan darmabakti dalam wujud yang lain, mengisi kemerdekaan.

Ditambahkan Destry, selaku pengurus Paguyuban Mas TRIP, karya ini memiliki nilai sejarah
yang tak ternilai harganya. "Di buku ini memuat daftar yang cukup terperinci mengenai kontribusi para eksponen TRIP (khususnya dalam periode 1976-1986) di berbagai wilayah pedesaan tempat mereka dahulu berjuang. Bentuk kontribusi ini cukup banyak dan beragam,
rata-rata berupa bangunan sekolah, balai desa, fasilitas kesehatan masyarakat, dan lain sebagainya. Tentunya, seluruh kontribusi eksponen TRIP tersebut memerlukan perawatan dan pemeliharaan." katanya.

Milono Hariadianto, ahli waris yang juga putera pertama (Alm) Roestono mengatakan, setelah terbit buku dan dibuat versi bahasa Indonesia, ada banyak kejutan yang baru ia dan keluaga besarnya ketahui dan sadari akan perjuangan sang ayah.

 "Kami sering menangis bangga dan terharu. Terbayang perjuangan (Alm) Ayah dan teman-temannya dalam kondisi yang terbatas, pasca-kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya itu, hebatnya lagi ayah bisa mengisahkan semua itu dalam naskah berbahasa Inggris yang nyaris sempurna selama sepuluh tahun," ujar Adi, panggilan akrab Milono.

Baca Juga: Jadwal Sholat Indramayu Hari Ini Minggu 13 Agustus 2023, Ini Waktunya

Ditambahkan Adi, buku ini hadir sebagai amal jariah Alm Ayahnya dan semua pihak, khususnya apresiasi diberikan kepada yang terlibat penuh, yakni adik iparnya, Prasetio. "Di sela-sela kesibukannya sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., Prof. Prasetio yang telah menyusun lima buku mampu mengemban amanah dari kami sekeluarga. Apresiasi juga kepada keluarga besar TRIP, khususnya Bapak Hayono Isman, Ibu Destry Damayanti dan team penerbit," tambah Adi.

Bertempat di Graha CIMB Niaga, peluncuran buku "Perjuanganmu Kuteruskan Sampai Akhir Zaman" tersebut dihadiri oleh berbagai kalangan praktisi pertahanan, akademisi, hingga sejarawan.

Peluncuran buku tersebut dibuka secara langsung penggagas peluncuran buku ini, yakni Prof. Prasetio yang juga merupakan perwakilan dari keluarga besar alm Roestono Soeparto Koesoemo serta ahli waris penulis yakni Milono Hariadianto.

Turut memberikan sambutan khusus pada acara tersebut adalah Mayor Jenderal TNI Dr. dr. Sutan Finekri A. Abidin, Sp.OG., Subsp., K.FM., M.A.R.S., M.H.., putra dari Dr. Sutan Zainul Arifin Abidin, Sp.DV alumnus Stovia tahun 1940 yang juga Tentara PETA (Pembela Tanah Air) serta Anggota DPR tahun 1954.

Agenda peluncuran buku tersebut juga diisi oleh sesi bedah buku yang dipandu oleh Nanda Avalist, kandidat doktor bidang Military/Naval Strategy dari Curtin University Australia, yang dikenal sebagai seorang diplomat karier Indonesia yang juga sejarawan militer yang menjadi penerjemah dan editor buku ini.***

Editor: Yedi Supriadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x