DESKJABAR – Pada penyelenggaraan turnamen sepakbola Piala Dunia, sejak beberapa penyelenggaraan terakhir tampak dalam suatu negara terdiri pemain campuran multi etnik.
Sebelum Piala Dunia 2022 di Qatar, tim suatu negara terdiri etnik campuran sebenarnya sudah ada, lalu sejak kapan dan negara mana yang memulai ?
Adanya sejumlah negara dimana tim nasional sepakbolanya yang sudah terdiri campuran etnik, membuat Piala Dunia bukan lagi ikonik pertandingan sepakbola antar bangsa, tetapi pertandingan antar tim warga negara.
Yang mencolok pada masa kini, adalah tim Jerman, dimana pada Piala Dunia 2022 ini jumlah pemain non asli Jerman, jumlahnya lebih banyak.
Sebelum Piala Dunia 2022, tim multi etnik dalam suatu tim nasional sepakbola ada pula dikenal Prancis, Inggris, Belanda, Belgia, Swiss, dsb.
Dalam catatan sejarah Piala Dunia, adalah tim Hindia Belanda (kini bernama Indonesia), merupakan negara peserta pertama dimana para pemainnya multi etnik.
Ketika itu, tim Hindia Belanda tampil pada Piala Dunia 1938 di Prancis. Para pemain tim Hindia Belanda merupakan campuran multi etnik, terdiri orang Belanda, Indonesia, dan Cina.
Tim Hindia Belanda itu berintikan nama-nama seperti Henk Zomers, Ahmad Nawir, Suvarte Soedarmadji, Sutan Anwar, The Hong Djien, Mo Heng Tan, dll.
Kemudian muncul tim Brazil yang juga terdiri multi etnik, sebab di negara ini penduduknya merupakan campuran turunan Eropa dan kulit hitam.
Namun dalam penyelenggaraan Piala Dunia era modern, adalah tim Prancis yang dikenal pertama para pemainnya multi etnik, yaitu orang Prancis dan Afrika.
Pada Piala Dunia 1978, tim Prancis diperkuat pemain asal Afrika misalnya Gerard Janvion dan Marius Tresor (bahkan menjadi kapten tim).
Kemudian pada beberapa Piala Dunia lainnya, juga menyusul Inggris, Belanda, Amerika, Belgia, dll.
Nah, adapun tim negara yang umumnya masih asli seluruhnya terdiri bangsa bersangkutan, terutama adalah Asia dan Afrika.
Belum terlihat adanya pemain kulit hitam dan kulit putih pada tim seperti Jepang dan Korea Selatan, juga pemain kulit putih pada tim-tim negara Afrika kulit hitam.
Tampaknya, perkembangan tersebut merupakan pengaruh era globalisasi. Karena itu, tak heran, tim-tim negara yang bertanding pada Piala Dunia zaman sekarang, lebih mempertandingan antar tim warga negara, bukan pertandingan tim antar bangsa lagi. ***