Peristiwa samagaha bagi masyarakat Sunda dimaknai sebaai sebuah penanda akan terjadinya sebuah peristiwa.
Masyarakat Sunda lama memaknai fenomena gerhana sebagai suatu pertanda akan peristiwa yang akan terjadi.
Masyarakat Sunda pun memakai peristiwa di langit dalam menamai waktu demi waktu dalam sehari, 24 jam dalam beberapa interval.
Bukti bahwa masyarakat Sunda dekat dengan astronomi diungkap sejarawan yang dikenal sebaai pakar Sunda kuno, Edi S. Ekajati.
Dalam artikelnya yang ditulis di surat kabar Pikiran Rakyat edisi Juni 2015, Edi S. Ekajati menulis bahwa masyarakat Sunda sudah lama memiliki hubungan erat dengan astronomi.
Dalam artikelnya “Menguak Konsep Kosmologi Sunda Kuna” , Edi memaparkan bahwa pada zaman kuno (masa pra-Islam), orang Sunda memiliki konsep tersendiri tentang jagat raya.
Konsep tersebut merupakan perpaduan antara konsep Sunda asli, ajaran agama Budha, dan ajaran agama Hindu.
Uraian mengenai hal ini antara lain terdapat dalam naskah lontar Sunda Kropak 420 dan Kropak 422 yang kini tersimpan sebagai koleksi Perpustakaan Nasional di Jakarta.