DESKJABAR - Bulan Suro mulai dikenal ketika pemerintah Sultan Agung, Raja Mataram (1613 - 1643 ) Kalender Saka yang sudah ada sejak zaman Hindu menjadi kalender Jawa.
Sultan Agung ingin segala hal yang berkaitan dengan perilaku orang Jawa selalu terikat dengan nilai-nilai islam.
Kalender Jawa yang dibuat pada masa Sultan Agung tersebut mulai diberlakukan pada tanggal 8 juli 1633
Masyarakat keraton menggunakan momen bulan suuro sebagai bulan untuk membersihkan diri, melawan hawa nafsu.
Baca Juga: 12 Amalan Terbaik Untuk Menyambut Bulan Muharram, Tahun Baru Islam Berlimpah Berkah dan Pahala
Pada malam 1 suro masyarakat kejawen (kepercayaan tradisional Jawa) akan melakukan ritual membersihkan dirinya dan benda-benda pusaka yang diyakini. Keraton-keraton yang ada di Indonesia seperti Kesultanan Yogyakarta, kasunanan Surakarta dan kasepuhan Cirebon punya tradisi khas masing-masing, tapi intinya membersihkan diri dari dosa-dosa tahun lalu.untuk merayakan 1 Suro.Keraton-keraton yang ada di Indonesia seperti Kesultanan Yogyakarta, kasunanan Surakarta dan kasepuhan Cirebon punya tradisi khas masing-masing, tapi intinya membersihkan diri dari dosa-dosa tahun lalu.untuk merayakan 1 Suro.
Seperti kasultanan Surakarta pada setiap malam 1 suro akan mengarak kyai slamet seekor kebo bule mengelilingi keraton dan melakukan kirab dan mencuci pusaka-pusaka keraton.
Masyarakat Jawa mempercayai mitos bahwa di malam satu suro arwah leluhur yang telah meninggal dunia akan kembali dan mendatangi keluarganya dirumah.