Penyakit Cacar Monyet : Fakta, Penyebab, Ciri-ciri, Gejala, Vaksin, Benarkah Berbahaya?

- 20 Mei 2022, 11:09 WIB
 Inilah gejala, ciri, infeksi, penyebab serta vaksin penyakit cacar monyet.
Inilah gejala, ciri, infeksi, penyebab serta vaksin penyakit cacar monyet. /Pixabay/Vic_B//

DESKJABAR - Berbicara mengenai dunia kesehatan. Seluruh negara di dunia setuju jika virus Covid-19 belum rampung sebelumnya. Apalagi disusul dengan Hepatitis dan virus yang bermutasi lainnya.

Kini, kembali adanya temuan virus Zoonosis yang menyebabkan penyakit Monkeypox atau cacar monyet di sejumlah negara Amerika serikat serta Eropa. Bahkan, sudah merambah ke Negara tetangga, Singapura 2019 silam.

WHO menyebutkan jika penyakit cacar monyet ini bukanlah penyakit baru. Karena sudah ada dan dialami oleh masyarakat di negara Afrika pada tahun 1970.

Namun yang menjadi temuan terbarunya adalah mulai menyebar ke wilayah lain. Padahal, dalam kasus penyakit cacar monyet yang di alami warga Afrika selama beberapa dekade belum ditemukannya cacar monyet yang merambat ke negara lain.

Baca Juga: Fakta-fakta Mengenai Kasus Cacar Monyet, WHO : Sudah Ada Sejak 1970 di Afrika, Ini Sebabnya Menyebar ke Eropa

Di Afrika, khususnya Nigeria telah mengalami wabah cacar monyet dengan skala besar. Dengan lebih dari 500 kasus dan lebih dari 200 kasus dilaporkan kematian yang terus berlanjut hingga hari ini.

Tahun 2003 ditemukan bahwa ada gejala serta ciri-ciri yang hampir sama dengan penyakit cacar monyet di Amerika Serikat. Pertanyaannya adalah, apakah cacar monyet termasuk ke dalam penyakit umum yang dimiliki oleh manusia?

Fakta yang diberikan oleh CDC menyebutkan jika penyakit cacar monyet termasuk penyakit langka yang disebabkan oleh infeksi virus Orthopoxivirus. Yang merupakan penyakit serius, tak bisa di sepelekan.

Apabila seseorang terkena penyakit cacar monyet, ia akan mengalami gemam, sakit kepala, nyeri oto, sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan serta ruam yang parah lalu timbul cacar di sekujur tubuh.

Cacar monyet menyebabkan penderita mengalami pembengkakan kelenjar getah bening yang bisa menyebabkan adanya pembentukan abses (kumpulan nanah) dan juga bakterimia (infeksi dalam aliran darah) sementara penderita cacar lainnya tidak.

Baca Juga: Ketahui Gejala Penyakit Cacar Monyet yang Kini Sudah Menyebar ke Eropa

Penyebab seseorang terkena penyakit cacar monyet ini karena ia kontak dengan hewan atau seseorang yang membawa virus cacar monyet. Yang menyebar dari barang yang terkontaminasi, dari pernapasan, kulit orang yang terinfeksi atau cairan dari hewan.

Ciri-ciri pertama seseorang yang menderita penyakit cacar monyet ini ialah demam, lemas, sakit kepala, terkadang sakit tenggorokan dan batuk, dan limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening).

Dari ciri-ciri pertama itulah seseorang sudah masuk ke dalam infeksi cacar monyet yang membutuhkan waktu setidaknya 7 hingga 14 hari bahkan bisa 5 hingga 21 hari dan berangsur menunjukkan beberapa gejala cacar monyet lainnya.

Infeksi penyakit cacar monyet ini menurut WHO terbagi menjadi dua periode. Pertama, berlangsung selama 0-5 hari ditandai dengan demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, nyeri punggung, dan lemas.

Lalu gejala lain muncul seperti infeksi kulit yang dimulai 1-3 hari setelah demam. Ruam yang terjadi di infeksi kulit ini biasanya lebih umum berada di wajah ketimbang badan berdasarkan 95% kasus, di telapak tangan dan kaki dalam 75% kasus. Terkena pada selaput lendir mulut (dalam 70%) serta 20% pada kornea.

Baca Juga: Pemerintah Jalankan Prosedur Antisipasi Kasus Hepatitis Akut, Orang Tua Anak Harus Berperan Pencegahan

Gejala ruam yang terjadi akbat infeksi cacar monyet di kulit ini makin hari berkembang secara berurutan. Mulai dari benjolan yang datar, lalu menjadi benjolan yang keras, setelah itu menjadi benjolan yang berisi cairan bening, kemudian menjadi benjolan berisi cairan kekuningan baru kemudian mengering dan rontok.

Sebenarnya, penyakit cacar monyet ini termasuk pada penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya dalam jangka 2 hingga 4 minggu. Asalkan, tetap dalam perawatan yang sesuai. Namun WHO mencatat adanya penularan yang cukup meningkat dari 6 menjadi sembilan infeksi berturut-turut.

WHO memprediksi jika meningkatnya cacar monyet ini karena pemberhentian vaksin cacar di seluruh negara serta melemahnya imun. Kasus yang lebih parah sering terjadi pada anak-anak dengan indikasi tingkat paparan virus, status kesehatan sebelumnya, dan komplikasi yang muncul.

Beberapa komplikasi cacar monyet dapat berupa infeksi sekunder, bronkopneumonia, sepsis, ensefalitis serta infeksi kornea yang terancam kehilangan penglihatan.

Para dokter yang mencurigai seseorang terkena gejala penyakit cacar monyet ini haruslah mengetahui tanggal timbul demam, ruam, usia, serta mengumpulkan sampel untuk di bawa ke laboraturium dengan tes PCR.

Menurut WHO vaksin untuk cacar monyet sedang diupayakan, berbasis vaccinia yang cara kerjanya dilakukan sebagai pencegahan. Seseorang harus mendapatkan vaksin ini sebelum terkena virus penyebab cacar monyet.

Baru-baru ini, tak hanya vaksin saja. European Medical Association (EMA) sedang mengembangkan antigen untuk virus cacar monyet di tahun 2022 kepada manusia dan hewan yang belum tersebar secara luas.

Seseorang yang mendapatkan vaksin cacar monyet ini diberikan dalam 2 dosis yang ketersediaannya masih terbatas, mengingat cacar monyet termasuk penyakit langka. Yang dalam catatan WHO sekitar 85% efektif untuk mencegah cacar monyet dan meringankan gejala.

Petugas kesehatan yang menangani langsung pasien cacar monyet, lebih rentan terkena infeksinya ketimbang warga biasa. Untuk itu, saat ini petugas kesehatan mendapatkan vaksin yang terbaru untuk mencegah penularan virus cacar monyet semakin besar.***

 

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: who.int


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x