DESKJABAR – Dengan pecahnya perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari 2022, krisis ketahanan pangan Mesir sekarang menjadi ancaman eksistensial bagi perekonomiannya.
Kondisi ketahanan pangan Mesir yang rapuh bermula dari ketidakmampuan sektor pertanian untuk memproduksi cukup biji-bijian sereal, terutama gandum, dan minyak sayur untuk memenuhi bahkan setengah dari permintaan domestik negara itu.
Kairo bergantung pada impor bersubsidi besar-besaran untuk memastikan pasokan roti dan minyak sayur yang cukup dan terjangkau bagi 105 juta warganya.
Baca Juga: Rahasia Penting Do'a pada Saat Duduk Antara 2 Sujud atau Iftirasy
Seperti dilansir deskjabar.com dari laman mei.edu, mengamankan pasokan tersebut telah membawa Mesir menjadi pengimpor gandum terbesar di dunia dan di antara 10 pengimpor minyak bunga matahari terbesar di dunia.
Pada tahun 2021, Kairo sudah menghadapi tingkat inflasi pangan yang tidak terlihat sejak kerusuhan sipil Musim Semi Arab satu dekade sebelumnya yang menggulingkan pemerintahan mantan Presiden Hosni Mubarak.
Setelah delapan tahun bekerja dengan tekun untuk menertibkan kembali rumah ekonomi Mesir, pemerintahan Presiden Abdel-Fattah el-Sisi sekarang juga rentan terhadap meroketnya biaya makanan yang mencapai tingkat pemborosan anggaran.
Perang Rusia-Ukraina melambungkan harga ke tingkat yang tidak berkelanjutan untuk Mesir, meningkatkan harga gandum dengan tambahan 44% dan minyak bunga matahari sebesar 32% hampir dalam semalam.
Yang lebih merepotkan, perang juga mengancam pasokan fisik Mesir sendiri karena 85% gandumnya berasal dari Rusia dan Ukraina, begitu pula 73% minyak bunga mataharinya.