DESKJABAR – Khalid bin Walid untuk pertama kalinya bergabung dengan pasukan kaum muslimin sejak pertama masuk Islam di tahun ke 8 Hijriah, yaitu saat kaum muslimin berperang dengan pasukan Romawi di perang Mu’tah.
Dalam perang Mu’tah yang mempertemukan antara pasukan kaum muslimin yang berjumlah 3000 orang melawan pasukan Romawi yang berjumlah 200 ribu orang, Khalid bin Walid tidak ditunjuk sebagai panglima perang.
Saat itu Rasulullah SAW menunjuk tiga orang panglima, yakni Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Sedangkan Khalid bin Walid saat itu hanya pasukan biasa saja.
Dilansir DeskJabar dari channel Youtube Yufid.TV – Pengajian & Ceramah Islam dengan judul ‘Final: Kisah Khalid bin Walid Subtitle Indonesia (Episode 3) – Motion Graphic Sejarah Islam’.
Dalam perang Mu’tah tersebut, ketiga panglima yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW mati syahid. Pada waktu itulah Khalid bin Walid langsung mengambil bendera panji Islam dan tidak ada seorangpun dari sahabat yang protes.
Khalid bin Walid memang terkenal dengan kekuatannya dalam berperang. Dahulu sebelum masuk Islam, Khalid bin Walid adalah salah satu panglima terkuat yang dimiliki oleh kaum musyrikin.
Bahkan, yang membuat kaum muslimin kalah dalam perang Uhud adalah strategi yang dilancarkan oleh Khalid bin Walid ketika itu.
Maka Khalid bin Walid pun memimpin pasukan kaum muslimin dan berperang dengan begitu hebatnya. Setiap kali pedangnya patah dia langsung mengambil senjata yang ada dan menggunakannya.
Dikisahkan tidak kurang dari 9 senjata yang digunakan Khalid bin Walid dalam perang Mu’tah di hari pertama.
Akhirnya malam pun tiba dan perang di hari pertama berakhir. Dahulu dalam peperangan itu ada kode etiknya yang dipegang oleh setiap pasung termasuk pasukan lawan.
Di malam itu Khalid bin Walid yang memegang amanah untuk memimpin kaum muslimin berpikir keras untuk menyusun strategi perang, hingga akhirnya terciptalah taktik strategi pertempuran yang luar biasa.
Saat itu Khalid bin Walid mencoba membagi pasukan menjadi beberapa bagian. Setiap posisi pasukan dirubah, yang kiri ke kanan dan yang kanan ke kiri, yang depan ke belakang dan yang belakang ke depan.
Strategi tersebut ditujukan untuk membuat pasukan lawan seolah-olah melihat pasukan kaum muslimin yang baru untuk melemahkan mental musuh.
Selain itu, saat peperangan berlangsung di keesokan harinya, Khalid menyusun pasukan yang bergelombang untuk memberikan efek seolah-olah terus menerus datang bala bantuan.
Bahkan, Khalid bin Walid dengan cerdasnya memerintahkan beberapa pasukan berkuda untuk berlari-lari berputaran di belakang pasukan untuk membuat debu sambil mengucapkan kalimat-kalimat takbir.
Hal tersebut pun dimaksudkan untuk mengecoh pasukan musuh seolah-olah pasukan kaum muslimin mendapatkan tambahan pasukan yang berlipat.
Saat itulah Khalid bin Walid melihat pasukan Romawi sudah mulai cemas sehingga ada kesempatan bagi kaum muslimin untuk mundur sedikit demi sedikit.
Saat itu pasukan Romawi yang melihat pasukan kaum muslimin mundur tidak ada yang berani mengejarnya karena takut jika hal tersebut adalah hanya sekedar jebakan.
Akhirnya Khalid bin Walid pun berhasil kabur menyelamatkan kaum muslimin dalam pertempuran yang tidak sepadan tersebut.
Dalam pertempuran tersebut pasukan Romawi jauh lebih banyak yang meninggal dibandingkan dengan pasukan kaum muslimin.
Selama membela Islam, Khalid bin Walid telah memimpin berbagai macam pertempuran, di antaranya adalah perang Hunain, perang Yamamah, perang Ajnadayn, perang Yarmuk dan masih banyak lagi.
Khalid bin Walid wafat pada tanggal 18 Ramadhan 21 Hijriyah atau tahun 642 Masehi.
Beliau meninggal di atas pembaringannya, tidak ada satu jengkal pun di tubuhnya kecuali ada bekas sayatan dan tusukan.
Khalid bin Walid adalah pedang Allah SWT, tentu saja pedang Allah tidak ada yang bisa mengalahkannya!***