MALAM NISFU SYABAN: Refleksi Harapan dan Kerinduan

- 28 Maret 2021, 08:44 WIB
DR. H. ACEP Zoni Saeful Mubarok, dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas  Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya, Jawa Barat.
DR. H. ACEP Zoni Saeful Mubarok, dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya, Jawa Barat. /DeskJabar/Dok. Acep ZSM/

Oleh: DR. H. ACEP ZONI SAEFUL MUBAROK
(Dosen FAI Universitas Siliwangi Tasikmalaya)

DESKJABAR - Nisfu Syaban. Hampir setiap orang Islam mengenal nama yang selalu hadir pada pertengahan bulan ke-8 hijriyah tersebut. Posisinya ada pada bulan yang disebutkan oleh Rasulullah sebagai saat yang biasa dilupakan manusia karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadhan (HR. Nasa’i), padahal baginda sendiri selalu memperbanyak puasa. Kegigihan Nabi dalam melaksanakan puasa di bulan ini karena ada pengharapan peroleh keutamaan saat amal-amal manusia naik ke hadapan Tuhannya.

Kehadiran malam petengahan di Bulan Syaban ini menjadi momentum bagi umat Islam untuk mengembalikan energi ilahiyah yang selama ini meredup. Kesadaran diri akan kehadiran Tuhannya yang akan menghisab semua aktivitasnya menjadi pemantik tumbuhnya cahaya keimanan yang kadang dianggap berlebihan. Namun kesalihan dadakan ini jangan dipandang sebelah mata, tetapi sudah seharusnya dijadikan rajutan awal dalam menenun kesalihan seumur hidup.

Baca Juga: BANTUAN BLT 2021: Daftar Pengaduan Masyarakat Program Bantuan Sosial Pemerintah Secara Online

Baca Juga: HUMOR SUEB: Tidak Bisa Dihukum

Momentum meningkatnya kesadaran tersebut, lahir karena adanya keyakinan bahwa sebuah rekaman aktivitas hidup umat manusia di malam itu akan diserahkan kepada Tuhan. Dalam menghadapi malam spesial ini, seorang hamba dihadapkan pada dua keadaan, yaitu pengharapan dan kerinduan. Pengharapan seorang hamba di malam itu tiada lain adalah peroleh ampunan dosa, keberkahan hidup, dan berakhir hayat dalam keadaan husnul khatimah.

Sedang kerinduan hadir, karena sisi “kemakhlukan” manusia yang selalu merindu kepada Sang Khalik yang selama ini seolah ditidakacuhkan. Malam ini seolah menjadi pelepas rindu bagi mereka yang benar-benar perindu. Untaian amaliyah ibadah yang mahdlah maupun ghair mahdlah menjadi sarana taqarrub yang dahsyat walaupun dalam satu malam.

Sudah sepatutnya sebagai orang beriman, mengisi malam pertengahan bulan Syaban ini dengan amalan yang utama. Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Iqtidha’ ash-Shirath al-Mustaqim mengatakan, banyak sekali riwayat tentang keutamaan malam nisfu Sya’ban yang bersumber dari hadis-hadis Nabi SAW dan atsar-atsar (perkataan sahabat).

Diantara keutamaan tersebut sebagaimana hadits diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib secara marfu' bahwa Rasululah SAW bersabda, "Bila datang malam nisfu syaban, maka bangunlah pada malamnya dan berpuasa lah siangnya. Sesungguhnya Allah SWT turun pada malam itu sejak terbenamnya matahari kelangit dunia dan berkata, "Adakah orang yang minta ampun, Aku akan mengampuninya. Adakah yang minta rizki, Aku akan memberinya riki. Adakah orang sakit, maka Aku akan menyembuhkannya, hingga terbit fajar. (HR Ibnu Majah). Selain itu ada juga riwayat yang menyebutkan Sesungguhnya Allah 'Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nisfu syaban dan mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu pada kambing Bani Kalb (salah satu kabilah yang punya banyak kambing). (HR At-Tabrani dan Ahmad)

Halaman:

Editor: Zair Mahesa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah