SEJARAH IKAN MUJAIR: Siapa Penemu dan Sejak Kapan Dikembang Biakkan di Indonesia?

- 20 Maret 2021, 13:35 WIB
Pak Moedjair (kiri) dan ikan mujair (kanan) penemuannya.
Pak Moedjair (kiri) dan ikan mujair (kanan) penemuannya. /Istimewa/Net/

DESKJABAR – Ikan mujair atau jaer (Sunda) sudah sangat dikenal di kalangan rakyat Indonesia. Namun saat ditanyakan siapa penemunya? Banyak orang membisu tidak tahu.

Penasaran? Penemunya adalah, ya Pak Moedjair.  Ia lahir tahun 1890 di Desa Kuningan, 3 km arah timur pusat Kota Blitar, Jawa Timur. Nama aslinya Iwan Dalauk tapi orang sekitar memanggilnya Mbah Moedjair.

Ihwal penemuan jenis ikan yang kemudian dinamai sesuai namanya itu, berawal ketika anak keempat dari sembilan bersaudara dari pasangan Bayan Isman dan Rubiyah, pada tahun 1936, pergi ke Teluk Serang yang terletak di laut selatan daerah Blitar, Jawa Timur.

Baca Juga: Amputasi Kaki Bagi Pengidap Diabetes Bisa Dicegah, Simak Penjelasan Ahlinya

Baca Juga: Singapura Izinkan Sholat Tarawih di Masjid dengan Protokol Kesehatan Ketat, Harus Pesan Tempat Secara Online

Di sana dia menemukan berbagai jenis ikan yang belum diketahui sebelumnya. Lalu dia membawa pulang lima jenis ikan dan memeliharanya di kolam pekarangan rumah.

Karena berbeda jenis air, awalnya menemui kendala. Namun berkat kegigihannya, akhirnya berhasil juga. Ikan itu berkembang cepat. Bisa bertelur banyak dengan cara menyimpannya di dalam mulut hingga masa menetas jadi anak ikan. Seiring waktu, ikan ini mendapat perhatian warga desa.

Kabar itu sampai ke telinga Schuster, warga Belanda yang menjadi Kepala Penyuluhan Perikanan di Jawa Timur. Dia berkunjung ke desa pak Moedjair untuk melihat ikan itu. Ternyata ikan tersebut diidentifikasi sebagai "Tilapia mossambica" yang berasal dari Afrika.

Dengan cepat ikan temuan Moedjair dibudidayakan karena cepat bertelur, pertumbuhannya pesat dan mudah beradaptasi dengan segala lingkungan air mulai kolam hingga rawa-rawa. "Tilapia mossambica" lalu mendapat nama lokal: ikan mujair (ngambil dari nama Moedjair penemunya).

Baca Juga: HUMOR SUEB: Nonton Film Dewasa

Pemerintah Hindia Belanda, seperti ditulis harian "Pedoman" edisi 27 Agustus 1951, mengapresiasi usaha Moedjair membudidayakan ikan mujair dengan memberinya santunan sebesar Rp 6 per bulan. Dan Moedjair diangkat sebagai pegawai negeri tanpa harus mendapatkan beban kerja.

Di masa kemerdekaan, tepatnya enam tahun setelah Indonesia merdeka, Moedjair menerima surat tanda jasa dari Kementerian Pertanian RI atas jasanya sebagai penemu dan perintis perkembangan ikan mujair.

Sejak 1982, program pengembangan aneka ikan dilaksanakan pemerintah Indonesia  dengan menyebarkan bibit ikan mujair dalam kolam pekarangan dan waduk-waduk. Nah begitulah cerita singkatnya awal mula ikan mujair atau jaer dalam Bahasa Sunda.***

Editor: Zair Mahesa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah