Fraksi PAN Protes Penyebutan Istilah Radikal, Apalagi Ada Motif Pihak Tertentu

- 14 Februari 2021, 14:54 WIB
Ketua Fraksi PAN DPR RI Saleh Partaonan Daulay
Ketua Fraksi PAN DPR RI Saleh Partaonan Daulay /Antara

DESKJABAR - Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPR RI menyayangkan tudingan terhadap mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin yang disebut sebagai seorang yang radikal.

Ketua Fraksi PAN DPR RI Saleh Partaonan Daulay dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu, 14 Februari 2021, menilai bahwa radikal tidak selamanya dimaknai sebagai hal yang buruk.

Namun, ketika hal tersebut dilaporkan ke Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN), maka makna radikal menjadi jelek dan buruk.

"Istilah radikal tidak selamanya buruk. Namun, ketika diaporkan ke KASN berarti makna radikal itu menjadi jelek dan buruk. Karena itu, kami tentu merasa bahwa tuduhan itu menyakiti salah seorang tokoh besar Indonesia yang selama ini dikenal sebagai orang yang memberikan keteduhan, dan membangun dialog lintas agama, lintas peradaban, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional," ujar Daulay, dikutip Antara.

Baca Juga: Inilah 12 jenis Minuman Sehat yang Dapat Membantu Menurunkan Berat Badan

Menurut dia, Din Syamsuddin merupakan tokoh yang kerap menggelar dialog antaragama maupun antarperadaban. Selain itu, Din juga turut terlibat dalam organisasi-organisasi antaragama tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional.

Bahkan, kata dia, Din juga pernah berbicara dalam forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

"Beliau itu pernah juga bicara di PBB terkait dengan bagaimana Indonesia bisa membangun hubungan yang sangat harmonis, kemudian meningkatkan kohesivitas sosial yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945," ucap Daulay.

Daulay mengaku memiliki hubungan yang dekat dengan Din. Selain hubungan sebagai senior dan junior di Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah, Din juga merupakan dosen Daulay di UIN Syarif Hidayatullah yang mengajarkan tentang pemikiran Islam kontemporer.

Baca Juga: Kang Min Hyuk dan Jung In Sun CNBLUE Siap Menjalin Kasih dalam Drakor How To Be Thirty

"Nah, pemikiran Islam kontemporer yang diajarkan itu di dalamnya ada toleransi, ada dialog, ada 'civil society' dalam perspektif Islam, dan seterusnya. Karena itu, saya paham betul bagaimana pemikiran dan gerakan Pak Din Syamsuddin," ujar dia.

Memancing kegaduhan

Oleh karena itu, Daulay menilai apabila Din menyampaikan kritikan kepada pemerintah, maka hal tersebut harus dipastikan dalam konteks membangun Indonesia.

"Saya pastikan Pak Din Syamsuddin tidak ada niat sedikit pun berniat buruk, berniat jahat, dan membenci dalam kritiknya itu. Hal itu harus dimaknai sebagai tugas beliau sebagai seorang profesor, tugas beliau sebagai tokoh umat, tokoh bangsa dan juga sebagai warga negara," kata dia.

Baca Juga: Badan Meteorologi Jepang Yakini Gempa Fukushima Merupakan Gempa Dahsyat Susulan 2011

Sebelumnya, Gerakan Anti Radikalisme Alumni ITB (GAR ITB) melaporkan Din Syamsuddin ke KASN atas dugaan pelanggaran kode etik terkait isu radikalisme. Din dilaporkan dalam kapasitas sebagai dosen UIN Syarif Hidayatullah.

Daulay mengatakan berdasarkan informasi yang dia kumpulkan, pihak yang melaporkan Din merupakan kelompok kecil yang mengatasnamakan ITB.

Menurut dia, masih banyak pendukung Din di ITB, mulai dari alumni, mahasiswa, hingga dosen. Mereka, kata dia, masih menaruh rasa hormat dan simpati kepada tokoh Muhammadiyah itu. 

"Oleh karena itu, saya mendorong agar pelaporan dan labelisasi radikal kepada Prof Din Syamsuddin segera dicabut. Banyak orang yang tersinggung. Tidak hanya Pak Din, tetapi juga banyak kalangan dari berbagai latar belakang. Lebih baik kita fokus merajut kohesivitas dalam menangani pandemi ini. Kita hindari segala hal yang memancing kegaduhan," ucap Daulay. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x