IPW , 'Versi Polri dan Versi FPI Sangat Jauh Berbeda Penjelasannya'

- 7 Desember 2020, 19:21 WIB
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane menyoroti pencopotan Kapolda oleh Kapolri: IPW menjelaskan bahwa pihaknya memberi apresiasi pada TNI yang sudah melakukan penurunan poster Habib Rizieq di berbagai tempat.
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane menyoroti pencopotan Kapolda oleh Kapolri: IPW menjelaskan bahwa pihaknya memberi apresiasi pada TNI yang sudah melakukan penurunan poster Habib Rizieq di berbagai tempat. /ANTARA/
 
DESKJABAR - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane meminta Presiden Jokowi harus segera mencopot Kapolri Jenderal Idham Azis dan Kabaintelkam Polri Komjen Rycko Amelza, sehubungan terjadinya kasus penembakan yang menewaskan enam anggota Front Pembela Islam (FPI) di Tol Cikampek, Karawang, pada Senin, 7 Desember 2020 subuh.
 
Menurut Neta S Pane, melalui siaran pers, Senin, 7 Desember 2020, IPW juga mendesak agar segera dibentuk  Tim Pencari Fakta Independen untuk mengungkapkan, apa yg terjadi sebenarnya.
 
"Sebab antara versi Polri dan versi FPI sangat jauh berbeda penjelasannya. Polri mengatakan, anggotanya ditembak Laskar Khusus FPI yang mengawal Rizieq. Apakah benar bahwa Laskar PFI itu membawa senjata dan menembak polisi?" ujar Neta S Pane.
 
Menurut dia, agar kasus ini terang benderang anggota Polri yg terlibat perlu diamankan terlebihdahulu untuk dilakukan pemeriksaan. Sebab menurut Siaran Pers FPI, rombongan Rizieq lah yang lebih dulu dihadangan sekelompok orang yang berpakaian sipil, sehingga mereka menduga akan dirampok orang tak dikenal di jalan tol.
 
Dalam kasus Cikampek ini, Neta S Pane mengatakan, muncul sejumlah pertanyaan. Pertama, jika benar FPI mempunyai laskar khusus yang bersenjata, kenapa Baintelkam tidak tahu dan tidak melakukan deteksi dan antisipasi dini serta tidak melakukan operasi persuasif untuk "melumpuhkannya". 
 
Kedua, apakah penghadangan terhadap rombongan Habib Rizieq di KM 50 Tol Cikampek arah Karawang Timur itu sudah sesuai SOP, mengingat polisi penghadang mengenakan mobil dan pakaian preman.
 
Ketiga, jika Polri menyebutkan bahwa anggotanya ditembak lebih dulu oleh Laskar Khusus FPI, berapa jumlah tembakan itu dan adakah bukti bukti, misalnya ada mobil polisi yang terkena tembakan atau proyektil peluru yg tertinggal. 
 
Keempat, dimana TKP tewas tertembaknya keenam anggota Laskar Khusus FPI itu karena menurut rilis FPI keenam anggotanya itu diculik bersama mobilnya di jalan tol.
 
 
Bukan teroris
 
Kelima, kata Neta S Pane, keenam anggota FPI yang tewas ditembak itu bukanlah anggota teroris, sehingga polisi wajib melumpuhkannya terlebih dahulu karena polisi lebih terlatih dan polisi bukan algojo tapi pelindung masyarakat. 
 
Keenam, jalan tol adalah jalan bebas hambatan sehingga siapa pun yang melakukan penghadangan di jalan tol adalah sebuah pelanggaran hukum, kecuali sipengandara nyata nyata sudah melakukan tindak pidana.
 
Ketujuh, penghadangan yang dilakukan oleh mobil sipil dan orang orang berpakaian preman, patut diduga sebagai pelaku kejahatan di jalan tol, mengingat banyak kasus perampokan yang terjadi di jalanan yang dilakukan orang tak dikenal. Jika polisi melakukan penghadangan seperti ini sama artinya polisi tsb tidak promoter.
 
Neta S Pane menilai, dengan tewas tertembaknya keenam anggota FPI itu, yang paling bertanggungjawab dalam kasus ini adalah Kapolri Idham Azis. Tidak promoternya Idham Azis dalam mengantisipasi kasus Rizieq sudah terlihat sejak kedatangan pimpinan FPI itu di Bandara Soetta, yang tidak diantisipasi dengan profesional tapi terbiarkan hingga menimbulkan masalah. ***
 
 
 
 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x