Pohon Bidara Dianjurkan Ditanam, Mengusir Setan dan Manfaat Kesehatan, Ustadz Khalid Basalamah Menjelaskan

10 Februari 2022, 12:54 WIB
Pohon bidara dan Ustadz Khalid Basalamah /kolase foto cybex.pertanian.go.id dan YouTube AHLI SUNNAH

DESKJABAR – Sejumlah daun tanaman sering bermanfaat digunakan, baik urusan kesehatan sampai urusan gaib.

Salah satunya, adalah pohon bidara yang dianjurkan ditanam untuk mengusir setan dan manfaat kesehatan, Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan penggunaan.

Pohon bidara dianjurkan ditanam di halaman rumah umat Islam, karena banyak bermanfaat dan sebaiknya terdapat pada suatu lingkungan.

Baca Juga: Horror di Gunung Gede, Cianjur, Ada Perkampungan Jin yang Suka Menggelar Hajatan dan Kuntilanak Mengikuti

Keberadaan pohon bidara juga memiliki manfaat sebagai pohon peneduh, dimana keberadaannya membuat lingkungan juga terasa lebih sejuk.

Menanam pohon bidara cukup mudah, karena rata-rata bisa ditanam di Indonesia, karena tinggal membutuhkan air saja.

Dalam tulisan ini, pembahasan dibagi antara manfaat daun pohon bidara untuk kesehatan maupun mengusir atau menyembuhkan dari hal-hal gaib gangguan setan.

Baca Juga: Rumah Anda Banyak Setan atau Angker ? Empat Hal Menjadi Penyebab, Ustadz Khalid Basalamah Menjelaskan

Ustadz Khalid Basalamah menyebutkan, bahwa pohon bidara dimanfaatkan daunnya untuk mengobati sihir, memandikan jenazah, dsb.

Bahkan, disebutkan Ustadz Khalid Basalamah, bahwa cara mengusir sihir dengan menggunakan daun bidara, adalah sesuai petunjuk Nabi Muhammad SAW.

YouTube AHLI SUNNAH, berjudul “Orang Muslim Harus Tanam Pohon Bidara || Ustadz Khalid Basalamah,” diunggah 27 Juli 2018.

Ada pun cara penggunaan daun pohon bidara, kemudian dijelaskan oleh Ustadz Khalid Basalamah.

Baca Juga: Burung Perkutut, Benarkah Bisa Berubah Wujud Menjadi Ular ? Dunia Mistis Pesugihan

Kemudian disebutkan oleh Ustadz Khalid Basalamah, untuk mengobati sihir, sesuai petunjuk Nabi Muhammad SAW, adalah menggunakan tujuh lembar daun bidara.

“Tujuh daun bidara itu ditumbuk, kalau zaman sekarang diblender, cemplungkan ke air, lalu diminum. Sebab, itu racun untuk setan,” terang Ustadz Khalid Basalamah.

Kemudian, buah pohon bidara yang bermwarna hijau, juga rasanya manis dan enak untuk dimakan. Bentuk buah bidara mirip buah apel.

Baca Juga: Adakah Orang Pesugihan Memancing Ikan di Waduk Cirata ? Cianjur, Purwakarta, dan Bandung Barat

Disebutkan, pohon bidara memiliki ciri banyak duri yang tajam di batangnya.

Ada keunikan, dimana jika kita mencabut daun pohon bidara, pada hari yang sama kemudian tumbuh lagi dari bekas cabutan daun itu.

“Di Jakarta, pohon bidara dijual dengan nama lain, yaitu pohon apel India,” terang Ustadz Khalid Basalamah.

Baca Juga: Manusia Purba dengan Nabi Adam, Duluan Mana ? Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Khalid Basalamah Menjelaskan

Ustadz Khalid Basalamah juga menyebutkan, bahwa Nabi Muhammad SAW juga menyebutkan, bahwa pohon bidara merupakan salah satu pohon di surga. Bahkan, buah pohon bidara juga memiliki keunikan, yaitu terdapat 72 warna makanan.

Sementara itu, pihak Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Kementerian Pertanian menyebutkan, bahwa pohon bidara, bagian umbinya juga bermanfaat untuk kesehatan, yaitu mengobati batuk, difteri, suara parau, dan radang kerongkongan.

Cara penggunaan, yaitu ramuan dan takaran :

Umbi segar bidara upas      8 gram

Air matang                            ¼ cangkir

Baca Juga: Di Bandung, Dua Pasar Ini Pernah Berjaya Ikon Pasar Elektronika, Hobi Elektronik Pernah Semarak

Cara pembuatan :

Umbi dicuci hingga bersih lalu diparut dan diperas dengan kain saringan. Beningan digunakan untuk berkumur kemudian diminum 2 kali sehari 2-3 sendok makan (dewasa) atau 1 sendok makan (anak-anak). Bila perlu dapat diencerkan dengan air matang.

Radang kerongkongan, batuk, dan Parau :

Ramuan dan takaran :

Umbi bidara upas segar     8 gram

Rimpang kencur                  6 gram

Daun sirih segar                  3 helai

Buah kapulaga                     3 gram

Air secukupnya

Cara pembuatan :

Bahan-bahan dicuci hingga bersih, kemudian bahan dihaluskan dengan cara ditumbuk dan digerus dengan memberikan sedikit air. Bahan yang sudah halus kemudian diperas dengan menggunakan kain kasa, hingga diperoleh ¼ cangkir jamu. Ramuan diminum 2 kali sehari pagi dan sore. Beningan dapat digunakan untuk berkumur. Pengobatan diulang selama 14 hari. ***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: Kementerian Pertanian YouTube AHLI SUNNAH

Tags

Terkini

Terpopuler