DESKJABAR- Bulan Rajab di tahun 2022 ini dimulai pada tanggal 2 Februari. Bulan Rajab merupakan bulan ke 7 dalam penanggulangan Hijriyah.
Di bulan Rajab ini terjadi sebuah peristiwa penting yang dialami oleh Nabi Muhammad yakni perjalanan Isra mi'raj.
Dan di bulan Rajab inilah perintah shalat lima waktu diterima oleh Nabi Muhammad langsung dari Allah.
Rajab juga termasuk bulan haram bersama tiga bulan lainya yakni, Muharram, Dzulqaidah dan bulan Dzulhijjah.
Ustadz Adi Hidayat dalam video YouTube Audio dakwah, yang berjudul Hukum PUASA Rajab+HADIST2 PALSU tentang Bulan Rajab - Ustadz Adi Hidayat LC MA yang tayang pada 15 Maret 2019 menjelaskan tentang bulan Rajab.
Kata Ustadz Adi Hidayat, bulan Rajab termasuk bulan haram di mana Nabi Muhammad sering meningkatkan ibadah puasanya di bulan haram tersebut.
Baca Juga: Inilah Dosa Orang Tua Kepada Anak Yang Sering Dilakukan, Padahal Itu Sangat Dibenci Allah SWT
Puasa kata Ustadz Adi Hidayat suatu ibadah yang kalau dikerjakan maka secara otomatis semua jenis maksiat akan ditinggalkan.
Dan puasa juga kata Ustadz Adi Hidayat bisa meningkatkan semua jenis ketaatan kepada Allah.
Lantas bagaimana jika puasa dilakukan di bulan Rajab, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan akan hal itu.
Disebutkan dalam hadist muslim nomor 1960 riwayat Sayidah Aisyah dan dikuatkan oleh keterangan Ibnu Abbas RA, bawah Nabi Muhammad sering meningkatkan puasa di bulan bulan haram termasuk Rajab.
Baca Juga: 4 Adab Dalam Memberi Nasihat, Nomor 4 Merupakan Perintah Allah, Ini Kata Syekh Muhammad Jaber
"Saya kadang-kadang melihat Nabi Muhammad SAW puasa seakan-akan tidak buka, tapi sering juga melihat beliau seakan-akan gak puasa" kata Ustadz Adi Hidayat membacakan hadist dari Sayidah Aisyah.
Maksudnya, kata Ustadz Adi Hidayat jika ingin meningkatkan puasa di bulan bulan haram termasuk Rajab, itu boleh boleh saja. Karena ada hadist sahihnya.
Karena orang yang puasa ada semacam keinginan untuk menjaga keberkahan dari puasanya.
Dengan berpuasa hal-hal yang bersifat kemaksiatan otomatis akan dijauhi sehingga orang yang puasa semakin mendekat pada ketaatan.
Baca Juga: UPDATE KASUS SUBANG, di Tempat Inilah Netizen Sebut Ada Barang Bukti Milik Almarhum Amel
Kata Ustadz Adi Hidayat, keutamaan di bulan Rajab sebenarnya keutamaan umum. Dan disebutkan dalam dalil dalil, masuk dalam kategori puasa dan ibadah di bulan haram seperti keutamaan di bulan lainnya.
"Tidak ada amalan-amalan khusus misalnya yang hadist hadist nya merujuk pada keistimewaan nya. Tapi kalau mau dikerjakan silahkan saja kerjakan," kata Ustadz Adi Hidayat.
Namun kata Ustadz Adi Hidayat dengan niat amalan-amalan rutinitas saja seperti yang lainnya. Maka pahala akan diberikan kepada yang mengerjakannya.
"Anda mau sholat malam atau tahajud atau lainnya silahkan, mau itu di bulan Rajab, Sya'ban, atau lainnya," kata Ustadz Adi Hidayat.
Hanya saja, jangan sampai motivasinya atau niatnya keliru karena dalil-dalil yang sebenarnya tidak ada.
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan ada beberapa hadist palsu yang dijadikan sandaran dalam melaksanakan ibadah di bulan Rajab.
Contoh hadist palsu tersebut antara lain "Siapa yang menunaikan sholat di malam Jum'at di bulan Rajab di antara Isya sampai fajar. Kemudian di rakaat pertamanya setelah al fatihah dia bacakan surat A surat B sampai ke Al Ikhlas sampai yang lainnya, maka akan diampuni semua dosa-dosa nya dibebaskan dari neraka," kata Ustadz Adi Hidayat.
Hadist tersebut kata Ustadz Adi Hidayat adalah hadist palsu. Bahkan di kitab hadist palsu pun tidak ditemukan saking palsunya itu hadist tersebut.
Selain itu ada juga hadist lain yang menyebutkan di surga ada pintu surga dan sungainya diberi nama Rajab.
"Di surga itu ada satu pintu satu sungai nama sungainya sungai Rajab. Siapa yang bisa puasa sehari di bulan Rajab maka dia akan mendapatkan kenikmatan surga. Di situ dengan air minum dari sungai Rajab," katanya.
Jika pernah mendengar, itu pun hadist nya hadist palsu. Saking palsunya di kitab hadist palsu pun tidak ada.
Dalam kitab hadist hadist palsu kata Ustadz Adi Hidayat banyak ditulis hadist hadist palsu. Dan itu untuk dipakai sebagai rujukan.
"Apabila kita menemukan hadist hadist tersebut, bukan untuk dipakai amalan, tapi untuk diabaikan saja," katanya.
Jika memang ingin melakukan amalan kata Ustadz Adi Hidayat silahkan. Akan tetapi hati-hati dengan niat dan rujukan nya.
Karena niat yang keliru bisa menjadikan amalan tersebut malah menjadi sia-sia.
Sebaiknya gunakan niat atau rujukan untuk mendapat pahala seperti amalan-amalan lainnya pada umumnya.
Atau gunakan sandaran yang sahih jangan sampai menjadikan hadist palsu sebagai sandaran.***