UPDATE Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, Pakar Inggris: Harusnya Belajar dari Hillsborough dan Love Parade

- 5 Oktober 2022, 06:29 WIB
Update tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, mesti belajar dari tragedi Hillborough dan Love Parade
Update tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, mesti belajar dari tragedi Hillborough dan Love Parade /Instagram@ridwankamil/

 

DESKJABAR – Update pasca tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang menewaskan 125 penonton pada Sabtu, 1 Oktober 2022, mendapat sorotan dari pakar Inggris, Alison Hutton.

Pakar pengendali kerumunan massa asal Inggris itu mengatakan bahwa ada beberapa aspek yang memicu tragedi Stadion Kanjuruhan Malang terjadi

Guru Besar dari University of Newscastle itu menilai semestinya kita belajar dari tragedy Hillborough, Ingris pada tahun 1989 dan festival musik Love Parade pada 2010 di Jerman.

Baca Juga: BUNTUT Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, Keuangan Klub Liga 1 Terancam, Inilah Potensi Kerugian Persib

Seperti diketahui, tragedi Stadion Kanjuruhan menjadi hari kelam di dunia sepakbola tidak hanya di Indonesia tetapi di dunia.

Hal ini juga diakui Presiden FIFA Gianni Infantino yang menyebut tragedi Stadion Kanjuruhan Malang sebagai “dark day” atau hari kelam.

Tragedi terjadi saat para pendukung tuan rumah Arema Malang turun ke lapangan usai tim kesayangan mereka kalah 2-3 dari tim tamu yang juga rival utama mereka yakni Persebaya Surabaya.

Padahal pada pertadingan itu, panpel melarang kedatangan supporter Persebaya Surabaya, Bonek untuk datang ke stadion, mengingat kedua supporter ini jadi rival utama selama ini.

Polisi kemudian menembakkan gas air mata yang membuat Susana menjadi kacau. Banyak korban yang tewas terinjak-injak saat berusaha menghindar dari tembakan gas air mata yang ditembakkan polisi.

Baca Juga: Update Preman Pensiun 6 Episode 33 di RCTI, Kang Mus Peringatkan Kang Cecep, Didu Mulai Berlatih Tinju

Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang tersebut rupanya mendapat sorotan dari Alison Hutton. Dia selama ini memiliki pengalaman panjang menjadi konsultan serta meneliti isu keselamatan kerumunan.

Hutton juga mempelajari cara menerapkan standar keselamatan di acara-acara besar, termasuk pertandingan sepakbola.

Dalam tulisannya yang dimuat di theconversation.com, Alison Hutton menyebut ada beberapa aspek yang menjadi benang merah munculnya tragedi ini.

Pertama adalah jumlah penonton yang melebihi kapasitas Stadion Kanjuruhan Malang.

Menko Polhukam Mahfud MD mengemukakan bahwa total tiket yang terjual saat pertandingan Arema lawan Persebaya sebanyak 42.000 lembar. Padahal, kapasitas stadion hanya 38.000 penonton.

“Di tempat yang begitu padat, keputusan polisi untuk menembakkan gas air mata hanya akan membuat orang-orang yang ada di stadion oanik dan situasi semakin kacau,” tutur Hutton.

Apalagi menurut Alison Hutton, saat kejadian hanya ada satu pintu keluar yang juga merupakan pintu masuk.

Baca Juga: ART dan Karyawan Lesti Kejora Dimintai Keterangan Pihak Kepolisian, Inul Daratista Ikut Pasang Badan!

Hutton mengatakan bahwa biasanya dalam pertandingan olahraga yang kompetiti seperti sepakbola, emosi penonton mudah meningkat.

Jadi tidak heran hiruk pikuk kerumunan penonton yang bergegas ingin segera keluar stadion melalui hanya satu pintu keluar, rntan menyebabkan kematian dan cedera.

“Kita harusnya bisa belajar dari tragedi Hillsborough yang terjadi pada 1989, di Inggris dan tragedi festival musik Love Parade di Jerman pada 2010,” paparnya.

“Kedua event tersebut berakhir sebagai tragedi kelam sebagai akibat dari kombinasi tindakan polisi, komunikasi yang buruk, serta akses jalan keluar yang buruk bagi penonton,” tutur Alison Hutton menambahkan.

Tindakan antisipasi

Alison Hutton pun memberikan masukan tindakan antisipasi agar tragedi Stadion Kanjuruhan Malang tidak terulang lagi.

Menurutnya, penelitian memperlihatkan bahwa penggunaan pencahayaan stadion untuk memberitahu penonton bahwa pertunjukan telah selesai, dapat membantu mereka keluar area stadion secara tertib.

Baca Juga: Seberapa Aman Cadangan Beras Nasional? Simak Penjelasan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo

Hutton mengatakan bahwa penonton pada dasarnya meninggalkan stadion dengan cara seperti ketika mereka masuk. “Jadi semua pintu keluar harus terbuka, dapat diakses, dan memiliki penerangan yang baik,” ujarnya.

Antisipasi lain jika ada dua kubu supporter dari kedua tim, maka tindakan antisipasinya adalah dengan memisahkan mereka ke beberaoa zona yang berbeda. Teknik ini digunakan dalam pertandingan di Piala Dunia.

Cara ini dapat mengurangi ketegangan dan bisa meminimalisit kemungkinan bentrokan antar supporter yang hadir di stadion. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: theconversation.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x