Perkembangan teknologi informasi telah memberikan berjuta pilihan media membaca selain buku dengan kemasan yang beraneka ragam yang mengundang minat.
Hal kedua yang harus dilakukan adalah adaptasi perpustakaan, yang salah satu fungsinya adalah menjadi agen penggerak budaya membaca.
Adaptasi ini bukan hanya terbatas pada penggunaan teknologi sebagai pendukung layanan, tetapi juga pada bagaimana mengoptimalkan media digital sebagai aset untuk menumbuhkan, mempertahankan, dan meningkatkan habitus membaca. Optimalisasi ini terjadi jika perpustakaan secara proaktif menggunakan media digital untuk tujuan tersebut.
TikTok, sebuah platform media sosial yang sangat populer saat ini, menjadi tantangan bagi perpustakaan untuk memberdayakannya sebagai sarana dan stimulus menumbuhkan, mempertahankan, dan meningkatkan habitus membaca.
Harapannya, inovasi yang diperkenalkan oleh Perpustakaan Universitas Kalbis dapat menjadi role model bagi perpustakaan-perpustakaan lain dalam konteks menumbuhkan, mempertahankan, dan meningkatkan habitus membaca di Indonesia.***