Santi Delliana: Inovator di Balik Digital Habitus Membaca

- 28 Juni 2024, 17:58 WIB
Santi Delliana, pustakawan Universitas Kalbis. Ia menghadirkan inovasi optimalisasi TikTok di Perpustakaan Universitas Kalbis untuk meningkatkan habitus membaca.
Santi Delliana, pustakawan Universitas Kalbis. Ia menghadirkan inovasi optimalisasi TikTok di Perpustakaan Universitas Kalbis untuk meningkatkan habitus membaca. /

DESKJABAR - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menggelar pemilihan pustakawan berprestasi terbaik tingkat nasional 2024. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada pustakawan yang berdedikasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

"Ajang ini diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi kepada pustakawan atas dedikasi tinggi, disiplin, dan sadar akan tanggung jawab sebagai pelayan jasa informasi kepada masyarakat," kata Sekretaris Utama Perpusnas Joko Santoso dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa, 25 Juni 2024.

Menurut Joko Santoso, saat ini 64% masyarakat Indonesia merupakan generasi milenial dan generasi Z yang memiliki perilaku berbeda dalam memanfaatkan informasi dan pengetahuan. Oleh karena itu, pustakawan perlu beradaptasi melalui inovasi dan kreativitas dalam kegiatan kepustakaan, termasuk dalam format multimedia untuk memperkuat daya baca dan literasi, termasuk literasi digital.

Baca Juga: Menaker Kunjungi BCA Learning Institute, Ajak Dunia Usaha Selenggarakan Program Pemagangan

Salah satu inovasi tersebut datang dari Santi Delliana, pustakawan Universitas Kalbis. Ia menghadirkan inovasi optimalisasi TikTok di Perpustakaan Universitas Kalbis untuk meningkatkan habitus membaca.

Perpustakaan menggunakan media digital untuk menumbuhkan, mempertahankan, dan meningkatkan habitus membaca dengan akun @lrckalbis.

Santi masuk ke dalam 15 finalis Pustakawan Berprestasi tahun ini setelah melalui proses penjaringan dan seleksi ketat secara virtual dan terpusat selama satu bulan (20 April - 20 Mei 2024).

"Dari 531 pendaftar, terpilihlah 15 finalis yang akan berkompetisi melalui proses selanjutnya, yakni penilaian wawancara dan presentasi terkait inovasi di bidang perpustakaan yang telah dilakukan serta dampaknya di masyarakat," ungkap Plt. Kepala Pusat Pembinaan Pustakawan Nurcahyono.

Santi menjelaskan bahwa diperlukan perubahan paradigma dalam memandang habitus membaca. Menurut Kurniasih (2016), habitus membaca tidak lagi boleh dipandang dari seberapa banyak buku yang dibaca, tetapi dari berapa banyak bahan bacaan online yang telah diklik, dibaca, dibagikan, didiskusikan, disimpan, atau diunduh. Ini disebabkan oleh perubahan revolusioner dalam perilaku masyarakat dalam hal membaca.

Halaman:

Editor: Yedi Supriadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah