DESKJABAR - IPB University sukses naikan 32 persen produksi padi pada panen raya di 350 hektare sawah di kampung inovasi IPB Subang, Jawa Barat belum lama ini.
Panen raya tersebut dihadiri oleh Sekretaris Institut (Prof Agus Purwito), Kepala Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (Prof Erika B Laconi), Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (Batara Siagian, SP, MP).
Turut hadir Pelaksana tugas (Plt) Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Provinsi Jawa Barat (Wahid Sarifudin, MM), Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Subang (Dra Nenden Setiawati, MSi), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kiarasari, Kepala Desa Kiarasari, para dosen IPB University, serta perwakilan dari SBN dan HA IPB Subang.
Produktivitas padi naik
Dekan Fakultas Pertanian (Faperta) IPB University, Prof Suryo Wiyono mengatakan, penerapan beragam inovasi dan teknologi IPB University telah berhasil menaikkan hingga 32 persen produksi padi di 350 hektare sawah di Desa Kiarasari, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
“Inovasi dan teknologi IPB University di Kampung Inovasi IPB Subang mampu menghasilkan peningkatan produktivitas dari 7,3 ton gabah kering panen (GKP) menjadi 9,72 ton GKP per hektare. Artinya, produktivitasnya meningkat 32,8 persen,” jelas Prof Suryo.
Harga gabah naik
Ia menambahkan, Kampung Inovasi IPB Subang berdampak pada meningkatnya harga jual gabah 200 rupiah per kilogram karena diserap oleh Sari Bumi Nusantara (SBN), sebuah perusahaan penggilingan padi milik alumni IPB University yang berada di lokasi setempat.
Hemat biaya produksi
Selain itu, mekanisasi pertanian dan minimnya pemberian pestisida di Kampung Inovasi IPB Subang juga berdampak pada efisiensi biaya produksi. Penghematan biaya produksi bisa mencapai 25 persen.
Menurutnya, pola Kampung Inovasi IPB Subang sangat mungkin untuk diperluas dan direplikasi untuk skala kabupaten, provinsi maupun nasional.
Prof Suryo Wiyono juga menerangkan, secara substansi, Kampung Inovasi IPB Subang memiliki tiga komponen. Pertama, integrasi hulu hilir – pra tanam – on farm – panen- pascapanen dan pemasaran. Kedua, penerapan inovasi hulu hilir, dan ketiga, kawasan satu desa: 500 hektare.