Ngabuburit di Subang, Begini Dahulu Cara Melihat Waktu Buka Puasa Ramadhan

- 27 Maret 2024, 15:00 WIB
Suasana perkotaan Kabupaten Subang,
Suasana perkotaan Kabupaten Subang, /Google Maps/

DESKJABAR – Kebiasaan ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa, sampai kini masih dilakukan masyarakat Jawa Barat. Berbagai cara ngabuburit, misalnya jalan-jalan sambil mencari ta’jil, atau aktivitas lain yang tanpa terasa sudah dekat waktu maghrib untuk berbuka puasa.

Di Kabupaten Subang, Jawa Barat, ada cara dilakukan masyarakat generasi senior di perkotaan kabupaten tersebut untuk melihat tanda waktu segera maghrib. Cara ini umum dilakukan masyarakat perkotaan Subang sampai pertengahan tahun 1970-an.

Kenangan masyarakat ngabuburit zaman tahun 1970-an di perkotaan Subang, menjadi kenangan yang pernah mengalami. Tempat ngabuburit yang sering banyak orang, yaitu alun-alun Subang dan sebuah halaman luas sebuah gedung tua ada di arah utara alun-alun Subang.

 Baca Juga: Situ Cipanten Majalengka, Wisata Asyik di Bulan Ramadhan Sambil Ngabuburit

Begini caranya

Rochyadi, salah seorang dosen UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung, mengenang suasana sampai pertengahan tahun 1970-an di Subang. Ketika dirinya masih remaja, bersama masyarakat di Subang, menggunakan cara tertentu melihat tanda segera datang waktu berbuka puasa.

Disebutkan, sampai pertengahan tahun 1970-an, Subang situasinya sangat sepi, dengan nuansa pusat perusahaan perkebunan PTP XXX (eks P&T Lands). Bahkan situasi penerangan kebanyakan hanya pada rumah-rumah dinas perusahaan perkebunan.

Pada malam hari, suasana perkotaan Subang sangat sepi,karena orang-orang jarang keluar rumah saat malam hari. Aktivitas masyarakat hanya sampai sore hari, termasuk ketika bulan Ramadhan, kecuali untuk pergi shalat taraweh ke mushola terdekat.

 Baca Juga: Kasus Subang, Rumah TKP Kini Jadi Obyek Cerita Seram

Ketika bulan Ramadhan, kenang Rochyadi, masyarakat sering ngabuburit di pada halaman luas sebuah gedung tua Jalan Oto Iskandardinata, di arah utara dari alun-alun Subang. Orang-orang menyebut gedung tua bekas salah satu bangunan milik PTP XXX itu sebagai “gedung lalay” (gedung kekelawar).

Halaman:

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x