Alasan diturunkan karena ada keterlibatan anak di situ. Padahal, kata TC, sebelumnya keikutsertaan anak-anak itu telah diketahui pihak panitia dan disepakati, panitia mengizinkan jika boleh membawa anak-anak. Namun, tiba-tiba di tengah perjalanan disuruh turun.
"Kan dari awal katanya boleh, ini anak-anak ikut, tapi ternyata di tengah perjalanan disuruh turun. Kenapa tidak dari awal sebelum perjalanan saja didrop tidak boleh ikut," tuturnya.
TC menegaskan, jika memang tidak boleh ikut karena keikutsertaan anak, seharusnya panitia mengkomunikasikan dengan cara yang baik dan memakai etika yang baik.
Namun, malah sebaliknya. Menyuruh turun seenaknya dan dengan cara tidak sopan.
"Harusnya mereka itu sampaikan ke kami dengan baik, bicara dengan baik, permohonkan dengan baik kalau harus turun. Kalau gini caranya, bahasanya bukan diturunkan lagi ya, tapi saya, anak saya dan juga keluarga saya 'ditendang' dari bus di tengah perjalanan," katanya menambahkan.
Dan, lanjut dia, yang lebih sakit lagi, panitia memberikan uang Rp50 Ribu sebagai pengganti ongkos untuk 7 jiwa yang mereka turunkan itu.
Kesedihan semakin lengkap ketika anaknya menangis tak henti setelah turun dari bus dan saat bus tersebut meninggalkan pergi.
"Setiap ada bus yang lewat anak ini terus menunjuk bus-bus sambil terus nangis. Benar-benar mereka itu tidak punya perasaan, seandainya dia jadi saya mau gimana? Sekarang sudah begini, apa yang bisa di pertanggungjawabkan untuk mengobati kekecewaan, kesakithatian, harga diri saya dan keluarga saya. Apa yang bisa kalian pertanggungjawabkan?," tegasnya.