Salahsatunya Iding Soemita, pria kelahiran Cikatomas Kabupaten Tasikmalaya 3 April 1908. Ia berangkat menjadi buruh tani di Suriname pada tahun 1925 atau saat dia berusia 17 tahun.
Baca Juga: Update Daftar Wilayah Tergusur Tol Getaci di Kabupaten Tasikmalaya: Ada 8 Kecamatan dan 17 Desa
Dudu Risana, pegiat sejarah dan dosen sebuah perguruan tinggi swasta di Tasikmalaya menuturkan, naluri politik pada diri Iding Soemita sudah nampak sejak berusia muda. Iding muda pandai berorasi, mampu melakukan penggalangan massa dan cakap berorganisasi.
Itu pulalah sebabnya, bekerja menjadi buruh tani di perkebunan Belanda di Suriname tak membuat Iding Soemita terjebak di zona nyaman atau hanya fokus pada pekerjaannya saja.
Pikirannya yang revolusioner mendorong dia menjadi motor penggerak untuk melawan ketidakadilan termasuk melakukan perlawanan terhadap kolonialisme.
"Iding Soemita menjadi tokoh perjuangan bagi masyarakat Indonesia di Suriname untuk mendapatkan hak-hak politiknya," kata Dudu.
Yang menarik, Iding Soemita juga pandai berbisnis. Setelah habis masa kontraknya sebagai buruh tani selama 5 tahun, Iding Soemita diketahui memiliki sebuah toko di Paramaribo, Suriname.
Rupanya, rajin berbisnis dan membuka usaha toko itu strategi Iding Soemita sebelum dirinya memutuskan terjun sepenuhnya di bidang politik. Ia perlu mapan dulu secara ekonomi sebelum aktif melakukan perjuangan.
Prihatin buruh Indonesia meninggal dikubur tidak layak
Lika-liku perjalanan Iding Soemita dalam menapaki karir politiknya di Suriname, berawal dari keprihatinan manakala dirinya menyaksikan nasib rekan sesama buruh tani Indonesia di Suriname yang meninggal dunia dikuburkan dengan tidak layak.