Pertanian Indonesia Khawatir Kemarau 2023 Berkepanjangan, Kementan Rangkul Semua Pihak

- 10 Juni 2023, 12:16 WIB
Usaha rumpun pertanian Indonesia menghawatirkan terjadinya kemarau berkepanjangan, Kementerian Pertanian (Kementan) rangkul semua pihak.
Usaha rumpun pertanian Indonesia menghawatirkan terjadinya kemarau berkepanjangan, Kementerian Pertanian (Kementan) rangkul semua pihak. /dok Humas Kementerian Pertanian

DESKJABAR – Sektor usaha rumpun pertanian Indonesia menghawatirkan terjadinya kemarau berkepanjangan, dimana pada Juni 2023 ini diperkirakan mulai terjadi. Pihak Kementerian Pertanian (Kementan) merangkul semua pihak, mencari solusi mengantisipasi kondisi.

Gambaran beredar dari sejumlah pihak terkait, musim kemarau 2023 akan mengalami puncak pada Agustus 2023. Namun hitungan itu, sebenarnya umum, karena setiap tahun puncak kemarau biasanya bulan Agustus. Tetapi kadang ada kondisi kemarau memanjang sampai September dan Oktober.

Sejumlah pihak terkait pertanian Indonesia sudah membahas antisipasi kemarau panjang melalui Rembug Utama KTNA (Kontak Tani dan Nelayan Andalan), di Auditorium Universitas Padang, Sumatera Barat, Jumat, 9 Juni 2023. Pertemuan itu dihadiri Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Ketua APPSI (Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia) Isran Noor, Ketua KTNA Yadi Sofyan Noor, dll.

Baca Juga: Bisnis Penggilingan Padi di Jawa Barat Bertumbangan, Akibat Alihfungsi Lahan Pertanian

Peran pemerintah provinsi

Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, tantangan kehidupan bangsa Indonesia di masa datang sangat besar. Sebab, Indonesia adalah negara ke-4 terbesar dunia yang membutuhkan ketersediaan pangan dalam jumlah yang tidak sedikit.  

Oleh karena itu, Mentan melanjutkan, dibutuhkan kerja sama dan peran aktif KTNA termasuk pemerintah daerah.

"Kehadiran Pak Isran Noor sebagai ketua Umum APPSI ini menjadi sangat menentukan, sangat penting. Apalagi Ketua KTNA dan seluruh jajarannya. KTNA adalah pilar utama dari bergeraknya pertanian di semua sektor," ungkap Mentan, melalui siaran pers dari Biro Humas Kementerian Pertanian.

Baca Juga: Jawa Barat Potensial Jadi Raksasa Bisnis Limbah untuk Pertanian, Ketahanan Pangan, dan lingkungan Hidup

Pihak Kementan mengklaim, selama tiga tahun kepemimpinan Mentan SYL di Kementerian Pertanian, KTNA diakuinya menunjukkan komitmen tinggi dalam membangun pertanian Indonesia.

"Ini menjadi sesuatu yang baik karena tantangan ke depan bukan hanya bagaimana kita harus menyediakan pangan, tapi harus menghadapi ancaman krisis pangan dunia," katanya.

Dijelaskan Mentan, ke depan produktivitas pangan dunia akan mengalami penurunan sebesar 30 persen. Ia mencontohkan Vietnam yang mulai menerapkan pengetatan ekspor beras ke negara lain untuk mengamankan stok domestik.

Rembug Utama KTNA merupakan rangkaian Pekan Nasional (PENAS) Petani Nelayan Indonesia ke-XVI di Padang, Sumatera Barat.

Ada agenda penting dalam rembug tersebut, yaitu workshop bersama Eselon I terkait Kementan yang hasilnya akan menjadi nota kesepahaman antara dua pihak.

Baca Juga: Mekanisasi Pertanian Kini Menjadi Kebutuhan Petani Padi di Jawa Barat

Ketua KTNA, M. Yadi Sofyan Noor mengungkapkan bahwa Rembug Utama KTNA yang dilaksanakan adalah bentuk komitmen KTNA dalam menghadapi dan mengantisipasi ancaman kekeringan yang akan mempengaruhi pertanian nasional.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, menjelaskan bahwa workshop yang dilakukan fokus kepada penanganan dan antisipasi kekeringan.

"Menurut predikai BMKG, mulai Juni ini, kekeringan sudah dimulai. Jadi El Nino ini kemarau yang berkepanjangan dengan curah hujan yang lebih kering dari biasanya," kata Dedi.

Karena itu, Dedi mengatakan Kementan bersama KTNA dan pemerintah daerah akan membuat komitmen bersama terkait pelaksanaan program penyelenggaraan pertanian di semua kabupaten dan kota. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x