DESKJABAR - Pada 14 Agustus 1945, Jepang resmi mengumumkan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Pengumuman menyerah Jepang pada 14 Agustus 1945 ini, dilakukan setelah kondisi di dalam negerinya porak poranda akibat bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Nagasaki dan Hiroshima.
Namun pengumuman pada tanggal 14 Agustus tersebut tak tersampaikan dengan baik.
Pada 14 Agustus, lebih dari 1.000 tentara Jepang menyerbu Istana Kekaisaran. Para penyerang datang ke istana dengan tujuan merebut lembaran teks pengumuman yang menyatakan Jepang menyerah. Mereka tak ingin teks itu sampai kepada Sekutu.
Maka terjadilah pertempuran antara pihak penyerang dengan tentara yang masih setia kepada Kaisar Hirohito.
Namun para penyerang berhasil dipukul mundur.
Sementara itu di Indonesia, pada 14 Agustus Sekarno, M Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat baru saja tiba dari Dalat, Vietnam. Ketiganya usai menemui Panglima Wilayah Selatan, Panglima Tertinggi Terauchi Hisaichi.
Soekarno dan Hatta merupakan pimpinan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan Radjiman Wedyodiningrat merupakan mantan Ketua BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Pada 12 Agustus 1945, Soekarno, Hatta dan Radjiman bertemu dengan Marsekal Terauchi.
Dalam pertemuan itu, Terauchi mengatakan, pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari berdasarkan tim PPKI.
Namun para pejuang di Indonesia, terutama kalangan muda, menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan Jepang.
Ketika Soekarno dan Hatta tiba di Tanah Air, Sutan Sjahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan.
Kalangan muda menilai, hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang dan PPKI merupakan lembaga Jepangn untuk mengelabui Indonesia Kalangan mudah sudah mengatahui bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.
Namun Soekarno dan Hatta menolak desakan kalangan muda dengan pertimbangan tak ingin ada pertumpahan darah ketika kemerdekaan diumumkan.
Ujungnya, tanggal 16 Agsutus 1945, Soekarno sekeluarga dan Hatta diculik para pemuda ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Kalangan muda tetap mendesak agar Soekarno dan Hatta segera mengumumkan kemredekaan Indonesia.***