PANTAI SELATAN JAWA Berpotensi Tsunami Setinggi 20 Meter Akibat Gempa, Waktu Evakuasi Hanya 17 Menit

- 21 Januari 2022, 14:43 WIB
Ilustrasi. Pantai Selatan Jawa berpotensi tsunami setinggi 20 meter
Ilustrasi. Pantai Selatan Jawa berpotensi tsunami setinggi 20 meter /pixabay/Kellepics/

 

DESKJABAR – Pantai Selatan Jawa berpotensi tsunami dengan ketinggian mencapai 20 meter akibat gempa megathrust, dan gelombang tsunami setinggi itu akan sampai ke pantai hanya dalam tempo 20 menit saja.

Sistem monitoring dan peringatan diri akan bekerja dalam waktu 3 sampai 5 setelah gempa megathrust terjadi.

Itu artinya, warga yang tinggal di pantai hanya punya waktu 15 menit hingga 17 menit saja untuk melakukan evakuasi sebelum gelombang tsunami tiba di garis pantai.

Baca Juga: Pemerintah Berencana Naikkan Tarif Listrik Nonsubsidi, Ini Cara Menghematnya

Dengan ketinggian tsunami 20 meter, maka tempat yang dinlai aman untuk evakuasi adalah bukit yang memiliki ketinggian minimal 20 meter.

Berdasarkan siara pers BMKG pada September 2020, potensi tsunami setinggi 20 meter tersebut berdasarkan hasil penelitian dan permodelan yang dibuat dalam sejumlah penelitian.

Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Widjo Kongko (2018), Ron Harris (2017 – 2019), dan yang terakhir oleh tim lintas lembaga yang dipimpin oleh ITB dan didukung oleh BMKG. Hasil penelitian tersebut diperlukan untuk menguatkan sistem mitigasi gempabumi dan peringatan dini tsunami

Hal ini mengingat potensi kejadian gempabumi dan tsunami di Indonesia tidak hanya berada di pantai selatan Jawa saja. Potensi dapat terjadi di sepanjang pantai yang menghadap Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, ataupun pantai yang berdekatan dengan patahan aktif yang berada di laut (Busur belakang atau back arc thrusting).

Baca Juga: Kisah Unik Berdirinya Masjid Atta'awun Puncak Bogor, Berawal dari Pekerja Kebun Hingga Menjadi Masjid Megah

“Metode, pendekatan, dan asumsi yang dilakukan dalam tiap penelitian tersebut berbeda, namun hasilnya kurang lebih sama, yaitu potensi terjadinya tsunami dengan ketinggian sekitar 20 meter, dalam waktu 20 menit gelombang tiba di pantai sejak terjadinya gempa,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati ketika itu.

Hasil penelitian ini dibutuhkan untuk mendukung penguatan sistem mitigasi bencana. Sehingga dapat mengurangi atau mencegah dampak dari bencana itu, baik jatuhnya korban jiwa maupun kerusakan bangunan dan lingkungan.

Penelitian terakhir oleh ITB yang didukung oleh BMKG, KKP, dan BIG dilakukan berdasarkan analisis data-data kegempaan BMKG dan pemodelan tsunami dengan beberapa skenario.

Skenario terburuk mengasumsikan jika terjadi gempabumi secara bersamaan di 2 segmen megathrust yang ada di selatan Jawa bagian Barat dan Selatan Jawa bagian Timur, yang mengakibatkan tsunami dengan tinggi gelombang maksimum 20 meter di salah satu area di selatan Banten, dan mencapai pantai dalam waktu 20 menit sejak terjadinya gempa.

Baca Juga: AJAIB, Ikan Kumpay Raksasa, Penunggu Danau di Tasikmalaya Bisa Mengecil dan Menghilang

Mekanisme kejadian tsunami yang dimodelkan ini serupa dengan kejadian tsunami Banda Aceh tahun 2004, yang juga diakibatkan oleh gempabumi berkekuatan magnitude 9,1.

“Hasil pemodelan ini dapat juga menjadi salah satu acuan bahwa lahan di pantai yang berada pada ketinggian lebih dari 20 meter, relatif lebih aman terhadap ancaman bahaya tsunami,” tuturnya.

“Hasil pemodelan tersebut juga penting untuk penyiapan jalur dan tempat evakuasi, ataupun untuk penataan lahan di daerah rawan tsunami,” ujar Dwikorita menambahkan.

Sejak tahun 2008, pemerintah Indonesia telah mengantisipasi potensi kejadian tsunami akibat gempabumi megathrust seperti yang pernah terjadi di Aceh tahun 2004, dan juga seperti yang telah dimodelkan oleh beberapa peneliti tersebut di atas.

 Baca Juga: Kisah Anak PRABU SILIWANGI, Raden Kian Santang, Kesaktian tidak Tertandingi Se-Nusantara, Takluk di Mekkah

Dengan demikian, Sistem Peringatan Dini yang dibangun di BMKG memang disiapkan untuk memonitor dan mengantisipasi kejadian gempabumi (termasuk gempabumi megathrust) dengan magnitudo dapat mencapai lebih dari Mw 9, dan memberikan Peringatan Dini potensi datangnya gelombang tsunami.

Dalam waktu 3 sampai 5 menit setelah kejadian gempabumi, Sistem Monitoring dan Peringatan Dini tersebut yang dioperasikan dengan Internet of Things (IoT).

 Hal ini diperkuat oleh super computer dan Artificial Intelligent (AI) yang secara otomatis dapat menyebarluaskan informasi peringatan dini tsunami ke masyarakat di daerah rawan gempabumi dan tsunami, melalui BNPB, BPBD, mass media, ataupun beberapa moda diseminasi (sms, email, website, sosial media).

Dengan penyebarluasan peringatan dini tsunami tersebut maka masih tersisa waktu kurang lebih 15 sampai 17 menit untuk proses evakuasi, apabila waktu datangnya tsunami diperkirakan dalam waktu 20 menit.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: BMKG darilaut.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah