UPDATE INFO GEMPA TERKINI, Selat Sunda Potensi Gempa Magnitudo 9, Ini Penjelasan Pakar Gempa Bumi UNPAD

- 20 Januari 2022, 17:46 WIB
Ilustrasi gempa bumi dan tsunami
Ilustrasi gempa bumi dan tsunami /Pixabay/Kellepics//

DESKJABAR- Gempa yang terjadi di Sumur Banten berkekuatan 6.7 magnitudo bisa menjadi pemicu gempa yang akan datang yang bisa saja terjadi lebih gempa dahsyat (Megathrust) mencapai magnitudo 8.7 hingga 9 terutama di Selat Sunda.

Karena memang Banten dan pantai Jawa Selatan banyak lempeng yang terus bergerak. Pergerakan lempeng tektonik menjadi pemicu terjadinya gempa bumi. Bahkan Jawa dan Sumatera merupakan pulau yang rawan gempa.

Dosen Departemen Geologi Sains Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr. Iyan Haryanto, Ir., M.T., menjelaskan, secara ilmu geologi, Indonesia berada pada batas-batas lempeng yang satu sama lain terus bergerak.

Baca Juga: Moms Harus Coba, Masker Wajah dari Serbuk Kopi, dari dr Zaidul Akbar

Di sebelah barat, batas lempeng tersebut mulai dari sebelah barat Sumatera, lalu menerus ke selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, hingga Maluku.

Beberapa daerah di wilayah tersebut dekat dengan zona subduksi, atau batas lempeng tektonik yang sifatnya menunjam antara lempeng oseanik dengan lempeng kontinen.

Batas pertemuan dari dua lempeng ini merupakan kawasan yang aktif secara tektonik.

“Jadi jelas kalau Sumatera dan Jawa rawan terhadap peristiwa gempa tektonik, karena berada pada batas lempeng yang aktif,” ujar Iyan.

Selain berada pada zona subduksi, Pulau Sumatera dan Jawa banyak memiliki struktur sesar aktif. Pergerakan sesar aktif juga memicu terjadinya gempa tektonik atau gempa bumi yang terjadi karena aktivitas tektonik.

Karena itu, kata Iyan, peristiwa gempa tektonik di Sumatera dan Jawa pada khususnya diakibatkan oleh pergerakan aktivitas lempeng di zona subduksi atau berkaitan dengan aktivitas sesar aktif, atau pula kombinasi di antara keduanya.

Sesar aktif di daratan juga berperan mempercepat rambatan getaran akibat gempa di lautan. Hal ini yang menjadi faktor mengapa suatu gempa bumi bisa terasa hingga wilayah yang cukup jauh dari titik gempanya.

Baca Juga: Putus dari Gisel, Wijin Masih Merasa Kehilangan, Wijin: Kaya Setengah Soul itu Hilang..

Prisma Akresi

Lebih lanjut Iyan memaparkan, kawasan Banten selatan beberapa hari lalu diguncang gempa tektonik berturut-turut. Jika dilihat dari pusat gempanya, posisinya berada di kawasan yang disebut prisma akresi.

Prisma akresi merupakan wilayah yang rawan terjadi gempa bumi karena berada di atas pusat-pusat gempa.

Wilayah ini merupakan kumpulan dari sesar-sesar naik, atau sesar yang mengangkat akibat proses penumbukan/penunjaman yang terjadi. Jika salah satu patahan menunjam ke bawah, maka di sisi satunya akan terangkat akibat proses penunjaman tersebut.

Salah satu wilayah Indonesia yang berada di kawasan sesar akresi adalah Pulau Nias di Sumatera Utara. “Jika di Sumatera, prisma akresi ini munucl menjadi pulau, kalau di selatan Jawa belum membentuk pulau,” kata Iyan.

Mitigasi Diperkuat

Berada pada kawasan rawan gempa tektonik, pengetahuan masyarakat akan mitigasi kebencanaan harus diperkuat. Minimnya pengetahuan mitigasi bencana akan berdampak fatal saat bencana terjadi.

“Masyarakat yang ada di Pulau Jawa, khususnya, tidak bisa terhindar dari banyaknya peristiwa gempa bumi,” kata Iyan.

Baca Juga: KASUS PEMBUNUHAN SUBANG: Wahyu Mantan Kepala Sekolah SMKS Nasional Menghilang, Dia Kini Makin Dicurigai

Sosialisasi mengenai pengetahuan sesar hingga tindakan perlindungan dasar ketika bencana terjadi harus terus digalakkan kepada masyarakat. “Termasuk ketika gempa bumi yang diikuti tsunami, misalnya, masyarakat harus memahami tanda-tanda akan terjadinya tsunami itu,” pungkasnya.***

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: Unpad.ac.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x