Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Mencegah Anak-anak Sudah Merokok

- 1 Juni 2021, 09:05 WIB
Undang, mantan petugas terakhir Stasiun Cisurupan, Garut, menunjukan foto perjalanan terakhir kereta api jurusan Cikajang-Garut saat ditutup tahun 1982.
Undang, mantan petugas terakhir Stasiun Cisurupan, Garut, menunjukan foto perjalanan terakhir kereta api jurusan Cikajang-Garut saat ditutup tahun 1982. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR - Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2021 pada 1 Juni, juga diperingati di Indonesia, dengan mengkampanyekan agar anak-anak dapat terhindar dari rokok.

Komnas Pengendalian Tembakau bersama Yayasan Jantung Indonesia mengadakan “Festival Keren Tanpa Rokok” dalam rangka Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2021 yang saat ini berlangsung di tengah pandemi COVID-19.

Festival Keren Tanpa Rokok terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu webinar “Pesan Kebangsaan: Rokok, Pandemi, dan Ketahanan Nasional” yang menampilkan para tokoh besar seperti Prof. Emil Salim, Nafsiah Mboi, dan Arifin Panigoro pada 31 Mei 2021, serta kegiatan untuk anak muda, "Youth Talk #QuitNotSwitch: Keren Tanpa Rokok" pada 1 Juni 2021, yang menampilkan para pemuda inspiratif yang akan membagikan cerita dan prestasinya tanpa bergantung pada rokok dan industrinya.

Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH, menyampaikan dalam pembukaan kegiatan Pesan Kebangsaan, dikutip dari siaran resmi, Selasa, “COVID-19 dibuktikan sangat erat kaitannya dengan --salah satunya-- perilaku merokok. Namun sayangnya, merokok menjadi perilaku yang sangat normal dengan didukung kebijakan yang lemah dalam pengendaliannya."

Baca Juga: Ingat Ya, Jangan Mengonsumsi Air Kelapa Berlebihan, Simak 6 Dampak Buruknya Bagi Kesehatan

"Maka dalam rangka HTTS 2021 ini, kami memohon kepada pemerintah untuk lebih serius melakukan pengendalian konsumsi rokok demi bisa turut menekan COVID-19 di Indonesia. Buat harganya semahal mungkin, dan tutup akses rokok pada anak," katanya, dikutip Antara, Selasa, 1 Juni 2021.

Dia meyakini derajat kesehatan masyarakat Indonesia akan naik saat konsumsi rokoknya bisa dikendalikan, dan ketahanan nasional pun otomatis terbentuk dari sumber daya manusia yang berkualitas.

Ketua Yayasan Jantung Indonesia Esti Nurjadin mengatakan, “Pemerintah perlu mengambil langkah serius terhadap kampanye marketing dari rokok elektrik kepada anak-anak dan remaja. Rokok elektrik dan rokok dengan berbagai rasa menjadi daya tarik untuk kaum muda Indonesia karena dianggap keren dan trendi. Padahal kita tahu bahwa penyakit jantung dan kardiovaskular tidak lagi hanya menyerang kaum lanjut usia, tetapi juga banyak ditemui di generasi muda."

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengusulkan tema “Commit to Quit” atau “komitmen berhenti merokok” dalam merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Dengan pemahaman tersebut, festival ini bertujuan mengajak masyarakat memaknai arti “berhenti” tidak hanya dari perilaku merokok tapi pada hal-hal yang lebih mendasar lainnya.

Baca Juga: Pemudik Sudah Balik ke Kota, Tempat Wisata di Tasikmalaya pun Kembali Buka
Kedua organisasi ini mengatakan tema tersebut perlu dimaknai juga oleh pengambil kebijakan untuk berhenti tunduk dari intervensi industri rokok yang melemahkan kebijakan pengendalian konsumsi produk tembakau, berhenti dari kecanduan pada cukainya, dan berhenti bersikap lemah dalam menangani masalah yang selama puluhan tahun membebani Indonesia.

“Commit to Quit” juga perlu dimaknai bukan hanya berhenti dari rokok konvensional, tapi juga produk rokok jenis baru; rokok elektrik baik berbentuk vape (electronic nicotine delivery system) maupun rokok yang dipanaskan (heated tobacco product) yang memiliki dampak yang sama. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x