BMKG Cermati Rentetan Gempa Swarm di Samosir Sumatera Utara Sejak 23 Januari - 20 April 2011

- 22 April 2021, 16:05 WIB
Daryono saat menggelar Sekolah Lapangan Geofisika di Pangandaran pada 22 Maret 2021 lalu/Muslih Suprianto.DeskJabar.com
Daryono saat menggelar Sekolah Lapangan Geofisika di Pangandaran pada 22 Maret 2021 lalu/Muslih Suprianto.DeskJabar.com /
 
 
 
DESKJABAR - Gempa bumi yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia sejak bulan Januari 2021 sampai sekarang terus menerus terjadi. BMKG mencermati aktivitas gempa yang terjadi dapat disimpulkan bahwa rentetan gempa ini termasuk dalam klasifikasi tipe gempa kerumunan atau gempa swarm. 
 
Gempa yang terjadi sejak tanggal 23 Januari 2021 hingga 20 April 2021, BMKG mencatat adanya aktivitas gempa dengan magnitudo kecil berkedalaman sangat dangkal sebanyak lebih dari 63 kali di wilayah Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. 
 
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Daryono melalui akun instagram @daryonobmkg, Kamis, 22 April 2021, menyampaikan rentetan gempa ini memiliki magnitudo terkecil 0,8 dengan kedalaman 2 km yang terjadi pada 19 April 2021. 
 
Sedangkan gempa dengan magnitudo terbesar mencapai 3,9 yang terjadi pada 15 Maret 2021 dengan kedalaman 5 km. "Gempa dengan magnitudo 3,9 ini adalah yang terbesar dan sempat dirasakan sebagai guncangan lemah oleh warga Samosir dalam skala intensitas II MMI," katanya.
 
Berdasarkan seluruh data gempa yang terkumpul, sebagian besar rentetan gempa yang terjadi memiliki magnitudo kurang dari 2,4 dengan kedalaman kurang dari 5 km.  Jika mencermati aktivitas gempa yang terjadi maka dapat disimpulkan bahwa rentetan gempa ini termasuk dalam klasifikasi tipe gempa kerumunan atau gempa swarm. 
 
"Swarm adalah serangkaian aktivitas gempa dengan magnitudo relatif kecil dengan frekuensi kejadiannya sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama di wilayah sangat lokal," ungkap Daryono.
 
 
Menurut Daryono aktivitas gempa swarm Samosir ini, meskipun magnitudonya kecil tetapi terjadi cukup intensif. Sebagai contoh beberapa kejadian dimana dalam sehari terjadi aktivitas swarm cukup banyak seperti pada tanggal 4 April 2021 terjadi 8 kali, tanggal 6 April 2021 terjadi 6 kali, tanggal 18 April 2021 terjadi 11 kali  dan tanggal 19 April 2021 terjadi 5 kali 
 
Patut disyukuri bahwa aktivitas swarm di Samosir saat ini tidak banyak yang dirasakan oleh warga dan hanya tercatat oleh jaringan seismograf milik BMKG. "Untuk itu masyarakat dihimbau tidak perlu panik dan khawatir dengan adanya aktivitas gempa swarm di wilayah ini," tuturnya.
 
 
Fenomena gempa swarm di Indonesia sudah terjadi beberapa kali, seperti aktivitas swarm di Klangon, Madiun  Juni 2015, Jailolo, Halmahera barat Desember 2015, dan Mamasa, Sulawesi Barat November 2018. 
 
"Pada beberapa kasus swarm banyak terjadi karena proses-proses kegunungapian (vulkanik), dan hanya sedikit diakibatkan oleh aktivitas tektonik murni," kata Daryono.
 
Selanjutnya gempa swarm vulkanik terjadi karena adanya gerakan fluida magmatik yang mendesak dengan tekanan ke atas dan ke samping tubuh gunung melalui saluran magma (conduit) atau bagian yang lemah (fracture dan patahan) dari gunung tersebut.  "Intrusi magmatik yang memotong lapisan batuan ini disebut dike," lanjutnya.
 
 
Dengan energi dorong dan tekanan dike ke atas yang terus menerus melewati bagian tubuh gunung, maka akan terjadi proses rekahan perlahan-lahan hingga menyebabkan gempa kecil yang terjadi berulang-ulang dan tercatat oleh sensor seismograf. 
 
Selain berkaitan dengan kawasan gunung api, beberapa laporan menunjukkan bahwa aktivitas swarm juga dapat terjadi di kawasan nonvolkanik.  "Swarm juga dapat terjadi di kawasan dengan karakteristik batuan yang rapuh sehingga mudah terjadi retakan (fractures)," ujar Daryono.
 
Sementara itu fenomena gempa swarm di Samosir ini tentu sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut dan menjadi tantangan bagi para ahli kebumian untuk mengungkap penyebab sesungguhnya 
 
Terjadinya fenomena gempa swarm ini setidaknya menjadikan pembelajaran tersendiri untuk masyarakat, karena aktivitas swarm memang jarang terjadi.
 
Dampak gempa swarm jika kekuatannya cukup signifikan dan sering dirasakan guncangannya, memang dapat meresahkan masyarakat.
 
"Jika kita belajar dari berbagai kasus gempa swarm di berbagai wilayah, sebenarnya tidak membahayakan jika bangunan rumah di zona swarm tersebut memiliki struktur yang kuat," tambahnya.***
 

Editor: Ferry Indra Permana

Sumber: Instagram Daryono BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah