Update Banjir Bandang Flores Timur, 23 Warga Meninggal Dunia, 2 Hilang

- 4 April 2021, 13:34 WIB
Kondisi pascabanjir bandang di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Minggu 4 April 2021.
Kondisi pascabanjir bandang di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Minggu 4 April 2021. /Antara/BNPB/

DESKJABAR - Banjir bandang yang melanda beberapa kecamatan di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) hari ini, Minggu 4 April 2021, pukul 1.00 WIT dinihari, menelan 23 korban jiwa. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan hal itu berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. 

"Hingga Minggu siang ini pukul 11.45 WIB, BPBD setempat melaporkan korban meninggal dunia sudah sebanyak 23 jiwa," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangan di Jakarta, seperti dilansir Antara, Minggu siang.

Baca Juga: Menjelang Ramadhan 1442 H, PT Pertamina Jamin Pasokan BBM dan Elpiji di Wilayah Jawa Bagian Barat Aman

Raditya Jati juga mengungkapkan bahwa sejauh ini terdapat dua orang yang masih dalam pencarian, dan diduga hilang akibat bencana tersebut. Sedangkan korban luka-luka ada sembilan orang.

Menurut laporan BPBD Kabupaten Flores Timur, 49 kepala keluarga (KK) terdampak musibah banjir bandang. Setidaknya 20 warga meninggal dunia dan 5 orang luka teridentifikasi di Desa Lamanele, Kecamatan Ile Bokeng. Tiga warga yang meninggal dunia lainnya berhasil ditemukan di Desa Oyang Barang, Kecamatan Wotan Ulumado.

Di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, dua warga masih dilaporkan hilang. Sebanyak empat warga yang mengalami luka-luka telah dirawat di puskesmas setempat.

BPBD juga melaporkan bahwa kondisi di lapangan saat ini hujan masih berlangsung disertai angin kencang.

Baca Juga: Upaya Sukabumi Bangkitkan Ekonomi Warga, Dua Sektor Ini Jadi Andalan

BPBD melaporkan kerugian material berupa puluhan rumah warga tertimbun lumpur di Desa Lamanele, Kecamatan Ile Bokeng. Selain itu, ada rumah warga sekitar hanyut terbawa banjir serta jembatan putus di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur. Aparat pemerintah desa masih terus melakukan pendataan di lapangan.

Pemerintah daerah telah melakukan rapat terbatas antara bupati, TNI, Polri, dan instansi terkait. Salah satunya dengan pembentukan posko penanganan darurat.

"Kendala di lapangan yang diidentifikasi petugas BPBD, yaitu akses satu-satunya adalah penyeberangan laut ke Pulau Adonara. Sedangkan hujan, angin dan gelombang yang tinggi mengakibatkan pelayaran tidak diperbolehkan oleh otoritas setempat," kata Raditya Jati.

Halaman:

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x