Bogor Kota Petir Terbanyak di Dunia, Simak Ulasan Selengkapnya Ahli Meteorologi IPB University Bogor

4 April 2024, 19:00 WIB
Foto Ilustrasi: Bogor selain dijuluki sebagai kota hujan juga sebagai kota petir tertinggi di dunia /Dok : ITB/

DESKJABAR - Selain memiliki curah hujan yang cukup tinggi hampir sepanjang tahun, Kota Bogor juga dikenal sebagai wilayah dengan hari petir terbanyak seperti dilansir oleh Guinnes World of Record pada tahun 2019.

Kombinasi antara tingginya curah hujan yang melimpah dan frekuensi petir yang tinggi memperkuat reputasi Bogor sebagai salah satu kota dengan aktivitas petir terbanyak di dunia.

Ahli Meteorologi IPB University, Sonni Setiawan, SSi, MSi mengungkap alasan fenomena banyaknya petir di Bogor.

“Petir merupakan salah satu fenomena dalam badai guruh (thunderstorm) berupa kilatan yang terjadi di dalam awan cumulonimbus. Awan cumulonimbus ini terbentuk akibat adanya gerak konvektif, yakni saat parsel udara lembab bergerak vertikal ke atas akibat gaya apung,” jelas Sonni.

Baca Juga: Update Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Dramaga Bogor, Harga Daging Sapi & Ayam Meroket, Telur Ayam Terjun Bebas

Selama proses tersebut lanjut Sonni, udara lembab kemudian mengalami pendinginan dan pada akhirnya mengubah uap air dalam parsel udara lembab ini menjadi awan.

“Kumpulan awan konvektif ini bergabung membentuk awan cumulonimbus, dan inilah yang menyebabkan terjadinya badai guruh,” paparnya.

Menurut Dosen IPB University dari Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) ini, bahwa gerak konvektif ini tidak bisa terjadi secara spontan, perlu pengaruh (forcing) eksternal yang memberikan impuls bagi parsel udara lembab agar dapat bergerak konvektif.

Baca Juga: Produk Kripik Hasil Karya Mahasiswa IPB Tembus Pasar Internasional, Ekspor Perdana Ke USA Dilepas Rektor IPB

Forcing ini meliputi turbulensi, topografi, adanya pemanasan radiatif yang tidak merata di permukaan, adanya pegunungan atau gunung yang besar, dan adanya konvergensi skala besar di permukaan.

“Salah satu dari kelima forcing tersebut berinteraksi dengan variasi angin dalam arah vertikal (vertical wind shear) sehingga awan cumulonimbus ini dapat berkembang menjadi badai guruh,” ungkapnya.

Selanjutnya kata Sonni petir terjadi ketika terdapat pemisahan muatan listrik di dalam awan cumulonimbus, yang menyebabkan distribusi muatan listrik dalam awan berada dalam kondisi ketidakseimbangannya, sehingga terjadilah loncatan listrik atau petir sebagai upaya menyeimbangkan muatan tersebut.

Baca Juga: Tol Bocimi Longsor, Arus Lalin Dialihkan Diprediksi Kemacetan akan Terjadi di Jl Arteri, Ini Kata Warga Bogor

Fenomena petir di Bogor

Lebih jauh Sonni juga memaparkan terkait fenomena petir di Bogor, yakni muatan listrik dalam awan cumulonimbus disebabkan karena adanya kandungan senyawa elektrolit dalam droplet (tetes air).

Ketika droplet lanjut Sonni, bertumbukan satu sama lain, maka terjadi pemisahan muatan listrik dalam awan cumulonimbus. Senyawa elektrolit ini berasal dari aerosol-aerosol yang terlarut dalam tetes awan, dan aerosol ini bisa garam, dan senyawa-senyawa polutan.

“Kombinasi dari efek turbulen, perbedaan pemanasan di permukaan, topografi, pegunungan yang besar, dan konvergensi skala besar, dengan wind shear dan keberadaan gas-gas polutan membuat frekuensi kejadian petir di Bogor sangat tinggi,” Jelasnya.

Baca Juga: Holiday Lebaran Taman Safari Bogor Persembahkan Promo HTM High Season Mulai 245 Ribuan, Pesan Segera !

Selain itu, aktivitas sunspot (bintik hitam di permukaan matahari) dapat meningkatkan aktivitas petir dalam awan-awan cumulonimbus. Sunspot memiliki potensi untuk mempengaruhi aktivitas petir di atmosfer. Akan tetapi, sebut Sonni, perlu dicatat bahwa sunspot memiliki periode 11 tahunan.

“Fenomena petir di kawasan Bogor belum banyak dikaji secara intensif sehingga hal ini menjadi peluang bagi mahasiswa untuk dapat mengkaji lebih jauh,” tandasnya.***

Editor: Agus Sopyan

Sumber: IPB University

Tags

Terkini

Terpopuler