Network
DESKJABAR - Pendidikan daring (dalam jaringan) di Kabupaten Garut, Jawa Barat masih terkendala. Tidak semua murid atau orang tua murid punya telepon genggam atau HP. Ada yang punya HP tapi tidak ada pulsa atau kuota. HP ada, pulsa ada, sinyal yang tidak ada.
“Saya sudah sampaikan kepada pak Gubernur Jawa Barat, bahwa sinyal --seluler-- di Kabupaten Garut tidak merata. Ada sekitar 150 desa yang masih kesulitan mengakses sinyal,” kata Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman pada acara Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Pendidikan yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), di Hotel Harmoni Garut, Rabu 4 November 2020.
Baca Juga: Dahana Ujicoba Peledakan di Tunnel #11 Proyek KA Cepat Bandung-Jakarta
Baca Juga: 15 Makanan dan Suplemen Untuk Kurangi Asam Lambung Naik, Salah Satunya Madu
Helmi mengungkapkan, Kabupaten Garut kini masih dilanda wabah Covid-19. Seluruh jajaran pemerintahan di daerahnya, terus mensosialisasikan kebudayaan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Tak terkecuali di bidang pendidikan.
Hal tu dilakukan, karena sejak pandemi Covid-19 merebak, sejumlah kebiasaan baru yang sebelumnya tidak pernah dilakukan, kini menjadi hal yang wajib. Antara lain, belajar dalam jaringan (daring).
“Terserah virus itu mati tahun ini, tapi tetap harus menerapkan AKB. Adaptasi kebiasaan baru, artinya ada (melakukan kebiasaan baru) termasuk sistem belajar daring,” katanya.
Baca Juga: Menyoal Perilaku Masyarakat Tentang Protokol Kesehatan. Inilah Hasil Surveynya
Hal lainnya, ujar Helmi, AKB mengharuskan setiap orang terbiasa memakai masker dan mengetahui cara bersalaman di masa pandemi. Jika sebelumnya kalau ketemu bisa langsung bersalaman tangan, sekarang salaman –sesuai imbauan protokol kesehatan-- menggunakan kepalan.
