Dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR pada Senin 13 Februari 2023, Kartika Wiroatmodjo, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan kunjungan ke China untuk membahas besaran pembengkakan atau cost overrun proyek kereta cepat.
Mengutip dari Antara, Kartiko mengemukakan bahwa pihak Indonesia dan China menyepakati kenaikan biaya sebesar 1,2 miliar dolar atau setara sekitar Rp 18 triliun.
Angka ini jauh lebih rendah dari hitungan yang dilakukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang menyatakan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung bengkak sebesar 1,49 miliar dolar atau Rp 21,8 triliun.
Baca Juga: DI Tengah Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat yang Membaik, BI Waspadai Kemarau 2023, Ini Penjelasan BMKG
"Kemarin kami baru dari Beijing, China di mana kita telah sepakat cost overrun yang disepakati oleh Indonesia dan China sehingga bisa cair segera ke PT KCIC," ujarnya.
"Kami saat ini sedang menegosiasikan term untuk pinjaman dari China Development Bank (CDB) yang diharapkan bisa selesai dalam satu atau dua pekan sehingga diharapkan nantinya penyelesaian kereta cepat dapat sesuai dengan jadwal (operasional) yakni Juni atau Juli 2023," katanya menambahkan.
Dari jumlah pembengkan yang mencapai 1,2 miliar dolar AS tersebut, sebanyak 550 juta dolar akan diupayakan melalui pinjaman ke CDB di China. Sedangkan sisanya dicarikan melalui sumber lainnya, termasuk memanfaatkan penyertaan modal negara (PMN) ke PT KAI sebesar Rp 3,2 triliun.
Sumber Pembengkakan Proyek Kereta Cepat
Menteri BUMN Ercik Thohir memastikan bahwa pembengkakan di proyek kereta cepat Bandung Jakarta bukan karena korupsi, melainkan adanya berbagai kenaikan kebutuhan proyek, yang ditargetkan rampung pada Juni 2023.
"Apapun yg terjadi pada saat Covid itu kan pembangunan harus dijalankan tetapi tidak bisa maksimal. Lalu kita lihat juga supply chain rantai pasok sangat terganggu, artinya harga-harga komoditas tinggi termasuk besi, itu termasuk dalam cost overrun, ini yang penting," ujar Ercik Thohir.