Tetapi kasur kapuk bisa dibawa-bawa dijual keliling, karena terasa ringan tidak seperti kasur busa yang berat dan sangat sulit digulung.
Baca Juga: Jalan Tol Getaci Dibangun, Tanjakan Gentong Tasikmalaya Bakal Tinggal Kenangan
Di Kota Bandung, para penjual kasur kapuk keliling, juga pernah banyak di kawasan Kosambi Jalan Ahmad Yani pada tahun 1980-an.
Pada foto tahun 1980 dibuat orang Belanda, Henk van Rinsum, yang arsipnya tersimpan di Nationaal Museum van Wereldculturen Belanda, tampak sejumlah penjual kasur kapuk keliling sedang nongkrong di mulut Jalan Cipaera-Jalan Ahmad Yani seberang Pasar Kosambi.
Henk van Rinsum memiliki ketertarikan terhadap kehidupan masyarakat Bandung pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Baca Juga: Pembukaan Piala Dunia 2022 di Qatar, Parade Maskot Lucu, Ada Kenangan Warga Senior di Bandung
Berdasarkan catatan DeskJabar, ketika kasur kapuk masih umum digunakan, salah satu hal keterkaitan, dimana pada pinggiran Kota Bandung seperti Tanjungsari Sumedang dan sekitarnya, serta Padalarang, pada tahun-tahun 1980-an masih banyak pohon kapuk randu pada kebun-kebun masyarakat dan sepanjang jalan.
Oleh masyarakat, ketika itu pohon-pohon kapuk randu dianggap biasa di keseharian sebagai bahan baku bantalan kasur.
Orang-orang yang masih punya pohon kapuk, rata-rata menggunakan untuk dijual dan keperluan mengisi kasur miliknya sendiri.
Tetapi tanpa terasa, pohon-pohon kapuk mulai menghilang pada tahun 1990-an, seiring semakin banyak kasur busa digunakan.