Namun setelah dilakukan analisis focal mechanism dan sebaran titik gempa-gempa susulan, analisis citra satelit dan foto udara, serta survei lapangan secara detail oleh BMKG terhadap sebaran titik longsor maupun pola sebaran serta karakteristik retakan atau rekahan permukaan tanah, termasuk sebaran kerusakan bangunan, maka disimpulkan gempa Cianjur disebabkan sesar baru Cugenang.
“Karena sesar Cugenang adalah sesar aktif, maka rentan kembali mengalami pergeseran atau deformasi, getaran dan kerusakan lahan, serta bangunan,”ujar Dwikorita.
Patahan yang baru teridentifikasi ini membentang sepanjang kurang lebih 9 Km dan melintasi 9 desa.
Dari 9 desa yang harus direlokasi, 8 diantaranya berada di Kecamatan Cugenang.
Kedelapan desa tersebut yakni Desa Ciherang, Ciputri, Cibeureum, Nyalindung, Mangunkerta, Sarampad, Cibulakan dan Desa Benjot.
Sementara 1 desa lagi berada dalam wilayah Kecamatan Cianjur, yakni Desa Nagrak.
“Area sepanjang patahan harus dikosongkan dari peruntukkan sebagai pemukiman, sehingga jika terjadi gempa bumi kembali di titik yang sama, tidak ada korban jiwa maupun kerugian materil,” tutur Dwikorita lagi.
Kepala BMKG itu juga menyampaikan penemuan atau penetapan zona patahan baru ini sangat vital dalam mendukung proses rehabilitasi dan juga rekonstruksi bangunan yang terdampak gempa Cianjur.
Jangan sampai dalam prosesnya rumah warga maupun fasilitas umum atau sosial kembali didirikan di jalur zona bahaya tersebut.