DESKJABAR – Proyek Kereta Cepat Bandung-Jakarta kapan sih selesai dan kapan mulai diuji coba?
Kepastian lokomotif kereta cepat Bandung –Jakarta akan diuji coba dikabarkan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil beberapa waktu lalu melalui akun Instagramnya.
Ridwan Kamil menyebut bahwa uji coba 1 set lokomotif kereta cepat Bandung-Jakarta akan mulai diuji coba pada November 2022.
Waktu tersebut bersamaan dengan penyelenggaraan pertemuan atau KTT G20 yang akan berlangsung di Bali 15 dan 16 November 2022.
Dalam postingannya di akun Instagram @ridwankamil pada 8 Agustus 2022 lalu, Kang Emil juga membocorkan interiror kereta cepat yang akan melintas di jalur Bandung – Jakarta, yakni bermotif batik.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil juga menginformasikan bahwa saat ini sebanyak 11 set lokomotif dan gerbongnya sudah selesai dibangun di pabriknya di Qindao, China, yang akan segera OTW menuju Jawa Barat.
“Uji coba 1 set saat summit G20 di November, dan kemudian berbagai tes dilakukan setelahnya sampai nanti saat dioperasikan penuh pada Juni 2023,” tulis Kang Emil di captionnya.
“Interior dengan tema batik megamendung juga terlihat sudah diaplikasikan,” paparnya.
Ridwan Kamil mengatakan bahwa jika kereta cepat ini sudah dioperasikan maka akan menjadi kereta cepat pertama di ASEAN, yang kecepatan maksimalnya bisa mencapai 350 km per jam.
Seperti dikutip dalam laman kcic.co.id, kereta cepat Bandung-Jakarta akan menggunakan lokomotif generasi terbaru yakni CR400AF.
Jalur kereta cepat Bandung –Jakarta ini memiliki panjang 142,3 km. Kereta cepat ini memiliki 4 stasiun pemberhentian yakni Halim (Jakarta), Karawang, Padalarang, Tegalluar (Bandung). Sedangkan depo akan berada di Tegallluar.
Masing-masing stasiun akan terintegrasi dengan transportasi massal di setiap wilayah.
Dari jalur sepanjang 142,3 km, lebih dari 80 km di antaranya merupakan jalur elevated atau jembatan laying.
Sedangkan sisanya jalur akan melalui 13 terowonga dan subgrade.
Proyek kereta api cepat Bandung-Jakarta dimulai sejak 21 Januari 2016 dengan menghabiskan biaya 8 miliar dolar atau setara Rp 114,24 triliun.
Anggaran pembangunan sebesar itu mengalami pembengkakan sebesar 1,9 miliar dolar atau setara Rp 27,09 triliun.
Rencana awal proyek kereta api cepat ini sebesar 6,07 miliar atau setara dengan Rp 86,5 triliun. ***