DESKJABAR – Usaha perkebunan teh rakyat di Jawa Barat berupaya dibangkitkan kembali, di Garut, Bandung, Purwakarta, Sumedang, Tasikmalaya, Cianjur, Majalengka, Sukabumi, dll.
Informasi dari kalangan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Senin, 8 Agustus 2022, menyebutkan, bahwa usaha teh rakyat masih merupakan potensi besar perekonomian masyarakat desa di Jawa Barat.
Usaha teh rakyat di Jawa Barat masih berpotensi bangkit kembali karena melihat pasarnya, terutama teh hijau.
Bahkan, di Garut, Purwakarta, dan Kabupaten Bandung, masih cukup banyak pabrik pengolah teh hijau yang tetap memiliki pasar bagus.
Sekretaris Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Rika Jatnika, yang dikonfirmasi, baru-baru ini mengatakan, sedang dilakukan upaya mengembalikan kejayaan teh, khususnya untuk lahan prioritas kebun teh rakyat.
Bahkan, katanya, program untuk tahun 2022 program unggulan petani milenial dilanjut tahun 2023 ada kegiatan kampung komoditas teh dan kelapa.
Namun, belum disebutkan, pola seperti apa yang dilakukan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat dalam upaya membangkitkan kembali usaha perkebunan teh rakyat di daerah ini.
Diketahui, sentra produksi usaha perkebunan teh rakyat di Jawa Barat terutama di Garut, Purwakarta, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Sumedang, Tasikmalaya, Cianjur, Majalengka, Sukabumi, Ciamis, Subang, dan Kabupaten Bogor.
Berdasarkan catatan DeskJabar, usaha pabrik teh swasta sampai awal 1990-an, dan masih banyak yang bertahan banyak sampai tahun 2022 ini. Hanya saja, pada sebagian wilayah, ada beberapa pabrik teh swasta ditutup karena berbagai sebab.
Baca Juga: Perkebunan, Panen Tembakau Jawa Barat Diyakini Tetap Bagus di Sumedang, Majalengka, dan Pangandaran
Bahkan, pernah ada juga sejumlah organisasi usaha petani pekebun dan pengolahan teh rakyat, misalnya Aptehindo, Kopastindo, Koptindo, dll. Namun, nama-nama organisasi tersebut kini sudah nyaris tidak terdengar lagi kabarnya.
Salah seorang tokoh pengolah teh hijau di Ciwidey, Kabupaten Bandung, H Wildan yang sampai kini bertahan, beberapa waktu lalu mengatakan, bahwa sejauh ini pasar teh hijau tetap bagus karena fanatiknya para konsumen.
Namun, katanya, pemasaran teh hijau kini harus ditunjang promosi lebih gencar. Tujuannyam, agar kalangan milenial menjadi mengetahui teh hijau, berikut cita rasa, manfaat kesehatan, dll.
Diketahui, di Ciwidey pun sebenarnya muncul perkebunan teh rakyat yang baru melalui pola pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) di lahan Perum Perhutani.
H Wildan pada pabrik teh miliknya menggunakan mesin pengolah peninggalan zaman kolonial bekas Perkebunan Dewata Ciwidey PT Kabepe Chakra. ***