Saksikan Fenomena Supermoon Rusa Dinihari, Apa Itu? Catat Jamnya untuk Jawa Barat dan Sekitarnya

- 13 Juli 2022, 20:25 WIB
Kamis 14 Juli 2022 dinihari nanti, warga Jawa Barat bisa menyaksikan fenomena antariksa langka berupa Supermoon Rusa
Kamis 14 Juli 2022 dinihari nanti, warga Jawa Barat bisa menyaksikan fenomena antariksa langka berupa Supermoon Rusa /Pixabay/ARPerfect22 /

DESKJABAR - Kamis 14 Juli 2022 dinihari nanti, warga Jawa Barat dan sekitarnya bisa menyaksikan fenomena antariksa langka berupa bulan purnama rusa atau Supermoon Rusa atau juga Full Buck Supermoon.

Dengan fenomena Supermoon Rusa atau Full Buck Supermoon ini, bulan akan kelihatan lebih dekat, lebih besar dan lebih terang.

Hal ini terjadi karena dalam fenomena Supermoon Rusa atau Full Buck Supermoon, posisi bulan sedang berada dalam jarak terdekat dengan bumi.

Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengungkapkan, pada saat terjadi Supermoon Rusa, bulan hanya berjarak sekitar 357.264 km dari bumi.

Kemudian peneliti Astronomi Pusat Riset Antariksa BRIN, Prof. Thomas Djamaluddin menjelaskan, fenomena Supermoon Rusa ini bisa dilihat dengan mata telanjang.

Baca Juga: Ada Fenomena Alam Apa di Tanggal 14 Juli 2022? Full Buck Supermoon Jam Berapa? Apa Dampaknya untuk Bumi?

Berikut jam terjadinya Supermoon Rusa di wilayah Pulau Jawa dikutip dari BRIN:

Serang: 13 Juli (17.31 WIB) - 14 Juli (06.28 WIB)
Jakarta: 13 Juli (17.28 WIB) - 14 Juli (06.25 WIB)
Bandung: 13 Juli (17.23 WIB) - 14 Juli (06.23 WIB)
Semarang: 13 Juli (17.11 WIB) - 14 Juli (06.12 WIB)
Yogyakarta: 13 Juli (17.09 WIB) - 14 Juli (06.13 WIB)
Surabaya: 13 Juli (17.10 WIB) - 14 Juli (06.12 WIB)

Namun puncak Supermoon Rusa ini akan terjadi pada Kamis, 14 Juli 2022 dinihari, sekitar pukul 01.57 WIB. Pada jam inilah bulan mencapai jarak terdekat ke bumi.

Dalam peristiwa ini, bulan akan tampak 14% lebih besar dan 30% lebih terang daripada saat bulan purnama biasa.

Baca Juga: Arti Hari Tasyrik, Keistimewaan dan Amalannya: Kiat Raih Pahala di Bulan Dzulhijjah

Pihak BRIN juga menjelaskan, fenomena Supermoon Rusa pada Juli ini menjadi yang terakhir dari tiga fenomena langka antariksa yang terjadi pada Juni-Juli.

Peneliti Antariksa BRIN lainnya, Andi Pangeran, mengungkapkan, Supermoon Rusa dapat menimbulkan pasang laut yang lebih tinggi dibandingkan pasang hari biasa.

Baca Juga: ACT Diduga Pangkas Dana Donasi Sebesar 20 Persen Setiap Bulan Untuk Operasional Gaji Karyawan

Pasang laut ini, katanya, disebut sebagai pasang purnama.

Ia juga menjelaskan, penamaan ketiga fenomena bulan ini berasal dari Almanak Petani Amerika.

Di penduduk asli Amerika, pada bulan Juni dilakukan panen stroberi, kemudian pada bulan Juli rusa jantan muda mulai tumbuh tanduknya.

Jadi, lanjutnya, penamaan bulan purnama ini berasal dari penanda musim dan perilaku hewan pada musim-musim di Amerika.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: brin.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah