“Dari pengalaman saya dalam mengungkap berbagai kasus pembunuhan selalu didampingi tim khusus yang di-sprint-kan dari institusi sehingga merekapun bisa terlibat dengan penuh tanggung jawab. Dan untuk menuju ke arah tersebut, saat ini pun tidak ada kata terlambat bisa segera dimulai”, ujar Anton Charliyan.
Selain itu, untuk mengungkap kasus Subang, Anton Charliyan juga menyarankan agar dibentuk satu tim khsusus semacam tim independen.
Tim independen, kata Anton Charliyan, anggotanya harus dari berbagai elemen. Ada LSM, ormas, tokoh masyarakat termasuk pengamat hukum. Tim ini bisa memberikan masukan dan rutin melakukan evaluasi rapat dua minggu sekali atau sebulan sekali.
“Tapi harus ada targeting waktu. Misalnya dalam waktu 3 bulan ini harus terungkap. Jadi ada quick respon time kapan kita harus menyelesaikan masalah ini. Dan ini harus betul-betul ‘dimenej’ jangan hanya diserahkan kepada Polres, nanti keteteran”, tutur Anton Charliyan.
“Saya dulu waktu mengungkap masalah bom, ada posko khusus yang menampung informasi sekecil apapun dari masyarakat. Begitu juga dalam kasus Munir. Sekecil apapun informasi, baik yang hoax atau apapun juga semua ditampung. Alhamdulillah semua bisa kita ungkap”, kata Anton Charliyan menambahkan.
Lie detector bisa dikelabui
Sementara itu, pakar telematika dan informatika Roy Suryo menyarankan agar kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang cepat terungkap, supaya lebih memaksimalkan lagi teknologi yang ada. Misalnya pembacaan CDRI (Call Data Record Information).
Soal alat tes kebohongan atau ‘Lie Detector’ yang digunakan kepolisian dalam mengungkap kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, kepada DeskJabar.com beberapa waktu lalu Roy Suryo mengungkapkan hal itu sudah benar.
Hanya, kata Roy Suryo, perlu dilakukan lagi pada subyek-subyek yang terkait dengan kasus pembunuh ibu dan anak di Subang lainnya, disertai sampel pertanyaan yang lebih bisa ‘menjebak’ jawaban.