DESKJABAR - Bukan tidak mungkin tiga saksi kasus pembunuh ibu dan anak di Subang menderita stres, stres akut, hingga gangguan stres pasca trauma atau dikenal dengan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Ini sudah termasuk gangguan kejiwaan.
Itu diakui oleh dua ahli kejiwaan, psikolog Dra. Elia Daryati M.Si dan psikiater Dr. Teddy Hidayat Sp.KJ. Tiga Saksi kasus pembunuh ibu dan anak, yakni Yoris, Yosef, dan Danu berpotensi mengalami stres.
Situasi yang serba tidak jelas dan berkepanjangan membuat status Yoris, Yosef, dan Danu sebagai saksi kasus pembunuh ibu dan anak pun tak bisa dicabut. Ini yang berpotensi jadi penyebab stres mereka.
Baca Juga: Cara Praktis Download Video Tiktok Tanpa Watermark, Tanpa Aplikasi, Melalui Situs Savefrom.net 2022
Apalagi ditambah dengan banyaknya mata yang tertuju kepada mereka. Sejumlah orang berspekulasi seputar kasus pembunuh ibu dan anak, termasuk mengomentari para saksi.
“Pasti stres. Jika mereka bukan pelaku pasti stres, apalagi jika pelaku stresnya bertambah. Kehilangan keluarga dekat saja sudah membuat stres, apalagi ini ditambah dengan status mereka sekarang,” kata dalam pembicaraannya dengan DeskJabar.com, Minggu 2 Januari 2022.
Sebagaimana diketahui, Yosef adalah suami dari Tuti Suhartini (55) dan ayah dari Amel (23), dua korban kasus pembunuh ibu dan anak di Subang. Sedangkan Yoris adalah anak Tuti Suhartini dan kakak dari Amel. Sementara Danu juga memiliki kedekatan dengan kedua korban sebagai kerabat dari keduanya.
Stres berkepanjangan
Teddy Hidayat menyatakan, kemungkinan para saksi kasus pembunuh ibu dan anak di Subang, mengalami stres, terlepas mereka bersalah atau tidak. Proses pemeriksaan yang hampir lima bulan pasti menyebabkan stres.