Petunjuk itu, antara lain Hastry menyebut adanya puntung rokok yang banyak ditemui di TKP pembunuh ibu dan anak di Subang, tepatnya di Kampung Ciseuti, Jalancagak.
Dikatakan dr. Hastry, untuk mengungkap DNA yang ditemukan di puntung rokok dibutuhkan satu bulan. Ini disebabkan karena penyidik harus mencocokkan DNA itu dengan waktu kematian korban pembunuh ibu dan anak di Subang.
"Itu yang sulit karena harus kita ulang lagi, kita bandingkan dengan properti atau sisa-sisa rokok yang lain. Karena rumah itu banyak didatangi orang-orang dari yayasan. Oh... yang baru itu DNA siapa, sesuai gak dengan waktu kejadian, dengan waktu kematian? Jadi lamanya di situ," terang Hastry.
Namun begitu, kata Hastry, pihaknya memastikan sudah menemukan petunjuk penting kasus pembunuh ibu dan anak di Subang ini karena sudah diteliti dan diperiksa secara detil di laboratorium forensik di Jakarta.
Dari pentunjuk rokok pula, ungkap Hastry, bisa dijadikan pintu untuk mengungkap calon tersangka kasus pembunuh ibu dan anak di Subang dilihat dari caranya dia menghisap rokok.
Pada identifikasi puntung rokok, jelas Hastry bisa diketahui bagaimana profil orangnya. Menurutnya, profile yang merokok itu berbeda-beda setiap orangnya. Ada yang habis sampai satu batang rokok, ada juga yang hanya habis tiga perempatnya saja. Kemudian bisa diamati dari cara memegang rokoknya.
"Kita juga bisa profile dari saksi-saksi ini. Bagaimana dia memegang rokok, bagaimana dia menghabiskan rokok, itu bisa dihabiskan ternyata berbeda-beda. Nanti bila sewaktu-waktu diumumkan (tersangka), memang cara merokoknya seperti itu," kata dr. Hastry.
Diungkapkan, dari puluhan saksi yang merokok telah menjadi bahan identifikasinya. Orang perorang diprofile dan dicatat secara teliti. Orang itu merokok, bagaimana cara pegang rokoknya, bagaimana kebiasaan menghabiskannya dan merknya apa, semua sudah ada rekamannya.